SURABAYA, PustakaJC.co - Julukan “Kota Santri” sudah melekat erat pada Pasuruan, Jawa Timur. Namun, kota ini tak hanya dikenal karena deretan pesantrennya, tapi juga karena sejarah panjang dan kekayaan budayanya yang luar biasa.
Sejak masa Kerajaan Kahuripan di bawah Raja Airlangga, Pasuruan telah menjadi pelabuhan penting dalam jalur perdagangan Nusantara.
Wilayah yang dulu dikenal sebagai Paravan ini memainkan peran besar dalam distribusi rempah-rempah. Bahkan, masyarakat Tionghoa menyebutnya dengan nama Yanwang atau Basuluan.
Seperti yang dilansir dari kompas, Pasuruan juga menjadi tempat tinggal berbagai raja dari kerajaan besar seperti Singasari dan Majapahit. Pada tahun 1545, wilayah ini masuk ke dalam kekuasaan Kerajaan Demak, memperkuat peran Pasuruan dalam penyebaran Islam di Jawa.
Momentum penting dalam sejarah Pasuruan terjadi pada 8 Februari 1686, ketika Untung Suropati diangkat sebagai Adipati Pasuruan oleh Pangeran Nerangkusuma dari Kesultanan Mataram. Tanggal ini kini diperingati sebagai Hari Jadi Kota Pasuruan.
Kota ini juga dikenal karena kekuatan pendidikan Islamnya. Salah satu pesantren tertua di Indonesia, Pondok Pesantren Sidogiri, berdiri di wilayah ini dan masih aktif hingga sekarang.
Selain aspek religi dan sejarah, Pasuruan juga menawarkan beragam destinasi wisata. Wisata bahari seperti pengamatan hiu tutul di laut Pasuruan, wisata religi, cagar budaya, hingga kuliner khas menjadi daya tarik tersendiri.
Dengan kombinasi nilai sejarah, kekayaan budaya, dan nuansa religius yang kental, Pasuruan layak disebut sebagai salah satu kota yang mencerminkan kekayaan identitas Jawa Timur secara utuh. (nov)