SURABAYA, PustakaJc.co - Gua Pindul tidak hanya menawarkan keindahan alam, tetapi juga memiliki sejarah yang menarik. Nama gua ini berasal dari kisah turun-temurun yang dipercaya oleh masyarakat sekitar dan berkaitan dengan gua-gua lain di daerah Bejiharjo, Gunungkidul.
Menurut cerita yang berkembang, dahulu ada seorang pemuda bernama Joko Singlulung yang tengah mencari ayahnya yang hilang. Dalam perjalanannya, ia menjelajahi berbagai hutan, gunung, dan gua di Pulau Jawa hingga akhirnya tiba di Gunungkidul.
Saat memasuki sebuah gua, secara tidak sengaja pipinya terbentur batu. Peristiwa inilah yang kemudian menjadi asal-usul nama Gua Pindul, yang berasal dari bahasa Jawa Pipi Kebendul, yang berarti pipi yang terbentur atau terantuk.
Sebelum dikenal sebagai destinasi wisata, Gua Pindul dahulu digunakan oleh masyarakat sekitar untuk mandi, mencuci, dan memancing. Air sungai yang jernih dan alami di dalam gua menjadi sumber berkah bagi warga setempat. Selain itu, gua ini juga dianggap sakral, sehingga dulunya hanya sedikit orang yang berani masuk ke dalam lorongnya.
Pandangan ini mulai berubah ketika sekelompok mahasiswa dari Universitas Gadjah Mada melakukan penelitian di Gua Pindul. Mereka terpesona dengan keindahan stalaktit dan stalagmit yang menghiasi gua, serta fenomena sungai yang mengalir di dalamnya. Dari sinilah muncul gagasan untuk menjadikan gua ini sebagai tempat wisata.
Pada tahun 2010, pemerintah bersama warga sekitar secara resmi membuka Gua Pindul sebagai destinasi wisata minat khusus. Saat ini, gua ini dikelola oleh Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) setempat dan dilengkapi dengan berbagai fasilitas guna menunjang kenyamanan wisatawan. Sejak dibuka, Gua Pindul terus berkembang dan menjadi salah satu wisata alam yang populer di Yogyakarta. (nov)