SURABAYA, PustakaJC.co - Desa Trunyan, yang terletak di tepi Danau Batur, Bali, dikenal dengan tradisi pemakamannya yang unik. Berbeda dengan tradisi penguburan atau kremasi pada umumnya di Indonesia, masyarakat Trunyan menempatkan jenazah di area pemakaman terbuka, tepat di bawah pohon Taru Menyan. Seperti yang dilansir dari laman kamboja, tradisi ini telah menjadi daya tarik wisata budaya yang memikat banyak orang.
Tradisi Pemakaman di Desa Trunyan
Desa Trunyan dihuni oleh komunitas Bali Aga, atau sering disebut sebagai Bali Tua, yang merupakan keturunan masyarakat asli Bali. Komunitas ini memiliki cara hidup yang berbeda dengan masyarakat Bali lainnya, termasuk dalam tradisi pemakaman.
Alih-alih dikuburkan atau dibakar melalui upacara ngaben, jenazah diletakkan di bawah pohon besar bernama Taru Menyan. Pohon ini memiliki kemampuan alami untuk menetralisir bau jenazah, sehingga area pemakaman tetap harum meskipun terdapat jenazah yang diletakkan begitu saja.
Asal Usul Desa Trunyan dan Pohon Taru Menyan
Menurut cerita rakyat, nama Trunyan berasal dari kata taru yang berarti pohon dan menyan yang berarti harum. Legenda menyebutkan bahwa aroma pohon ini tercium hingga Pulau Jawa, menarik perhatian empat saudara yang akhirnya melakukan perjalanan ke Bali.
Saudara tertua yang menemukan pohon Taru Menyan memutuskan untuk menetap di area tersebut. Ia menikahi seorang gadis cantik dan menjadi raja pertama di Desa Trunyan. Sebagai bentuk pelestarian tradisi, ia memerintahkan jenazah warganya untuk tidak dikuburkan melainkan diletakkan di bawah pohon tersebut, agar aroma harum pohon dapat menyamarkan bau jenazah.
Cara Menuju Desa Trunyan
Desa Trunyan berada di Kintamani, Bangli, di sisi timur Danau Batur. Perjalanan ke desa ini memakan waktu sekitar dua jam dari pusat kota Bali. Dari Kintamani, pengunjung dapat menempuh perjalanan darat sekitar 40 menit melalui Jalan Raya Penelokan. Setelah tiba di tepian Danau Batur, perjalanan dilanjutkan dengan perahu untuk mencapai lokasi pemakaman.
Tradisi yang Menarik Wisatawan
Tradisi pemakaman terbuka ini telah berlangsung selama ratusan tahun, menjadikan Desa Trunyan sebagai salah satu destinasi wisata budaya yang unik. Selain menikmati keindahan Danau Batur, wisatawan dapat mempelajari lebih dalam tentang kearifan lokal masyarakat Trunyan.
Bagi mereka yang sedang mencari jasa pemakaman yang sesuai adat, layanan seperti Kamboja bisa menjadi solusi. Dengan layanan yang tersedia di berbagai kota di Indonesia, Kamboja menawarkan pengurusan pemakaman yang lengkap dan terpercaya, memudahkan keluarga dalam masa berduka. (nov)