SURABAYA, PustakaJC.co - Dalam rute pendakian Gunung Semeru, perjalanan menuju Ranu Kumbolo melintasi sebuah tanjakan panjang yang tidak terlalu curam. Tanjakan ini dikenal di kalangan pendaki sebagai Tanjakan Cinta. Nama ini diberikan bukan hanya karena bentuknya yang menyerupai hati, tetapi juga karena kisah cinta tragis yang terjadi di tempat tersebut.
Seperti yang dilansir dari info budaya Indonesia, konon, sebuah tragedi menimpa sepasang kekasih yang tengah mendaki tanjakan tersebut. Sang pria berjalan di depan, sementara kekasihnya mengikuti dari belakang. Tanpa disadari, sang gadis pingsan dan terjatuh hingga meninggal dunia. Kejadian ini kemudian menjadi asal mula nama Tanjakan Cinta.
Ada dua versi mitos yang berkembang terkait tanjakan ini. Pertama, jika seseorang yang sedang jatuh cinta mendaki tanjakan ini tanpa menoleh ke belakang, maka hubungan cintanya akan berakhir bahagia. Versi lain menyebutkan bahwa jika seorang pendaki melewati tanjakan ini sambil mem
bayangkan orang yang dicintainya, maka orang tersebut juga akan membalas cintanya. Terlepas dari benar atau tidaknya mitos ini, Tanjakan Cinta tetap menawarkan panorama alam yang indah dan layak dinikmati.
Tidak hanya menyimpan kisah cinta tragis, jalur pendakian menuju Gunung Semeru juga memiliki cerita lain yang bernuansa mistis. Salah satu titik di jalur pendakian adalah Arcopodo.
Secara etimologis, nama Arcopodo berasal dari kata “arco,” yang berarti arca atau patung batu, dan “podo,” yang berarti sama. Maka, Arcopodo diartikan sebagai sepasang patung batu kembar. Menurut legenda, arca tersebut dibuat oleh prajurit dari Kerajaan Majapahit. Namun, arca ini tidak dapat dilihat oleh sembarang orang. Hanya pendaki yang memiliki indra keenam yang konon dapat melihatnya.
Bagi yang pernah melihatnya, deskripsi mengenai arca ini beragam. Beberapa menyebut ukurannya kecil, tidak lebih tinggi dari anak kecil. Sementara yang lain mengatakan arca tersebut berukuran besar dan dapat terlihat dari kejauhan.
Selain kisah-kisah mistis, keindahan Gunung Semeru dan kearifan lokal yang ada, mulai dari legenda hingga budaya di sekitarnya, menjadi daya tarik tersendiri bagi para pendaki dan pencinta alam. (nov)