Wisata

Watu Dodol, Batu yang Berdiri Kokoh di Tengah Jalan Situbondo – Banyuwangi

Watu Dodol, Batu yang Berdiri Kokoh di Tengah Jalan Situbondo – Banyuwangi
Dok travelid

SURABAYA, PustakaJC.co - Membicarakan kisah misteri di Kabupaten Banyuwangi tidak ada habisnya. Tak heran, Banyuwangi memang dikenal sebagai pusat mistis dan ilmu hitam sehingga banyak urban legend yang beredar di masyarakat.

 

Salah satu cerita menarik yang menjadi koleksi sastra lisan masyarakat Banyuwangi adalah legenda Watu Dodol. Bukan batu biasa, Watu Dodol merupakan batu berukuran cukup besar yang terletak di tengah jalan.

 

Konon, berbagai upaya untuk memindahkan batu tersebut telah dilakukan. Akan tetapi, usaha tersebut tidak membuahkan hasil. Kini, batu tersebut menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang penasaran dengan cerita keberadaan batu tersebut.

 

Watu Dodol merupakan istilah yang disematkan masyarakat Banyuwangi untuk menyebut sebuah batu berukuran sekitar 6 meter. Batu ini terletak di tengah jalan raya, lebih tepatnya di tengah antara dua ruas jalan raya di Jalan Raya Banyuwangi Situbondo, Gumukremuk, Ketapang, Kecamatan Kalipuro, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur.

 

Nama Watu Dodol sendiri disematkan sebab batu tersebut berbentuk seperti dodol atau jenang yang mengarah ke atas. Sesuai namanya, “watu” berarti “batu”, dan “dodol” artinya “jenang”.

 

Batu ini berdekatan pantai yang merupakan area perbatasan antara Situbondo dan Banyuwangi. Nama Watu Dodol kemudian digunakan untuk menyebut destinasi wisata pantai tersebut sehingga disebut sebagai Pantai Watu Dodol.

 

Jika ditelaah lebih lanjut, keberadaan Watu Dodol ini tidak terlepas dari karakteristik Pantai Watu Dodol yang memang dipenuhi bebatuan dan karang daripada pasir putih.

 

Meski demikian, masyarakat percaya bahwa keberadaan batu ini memiliki banyak versi cerita, salah satunya adalah legenda Watu Dodol yang berasal dari sebuah perahu.

 

Dilansir dari Kumparan, K. Kusumadinata dalam bukunya Data Dasar Gunungapi Indonesia pernah mengemukakan bahwa Watu Dodol merupakan jelmaan dari sebuah perahu yang berubah menjadi batu.

 

Perahu tersebut saat itu membawa seorang pangeran dan putri yang melarikan diri dari kejaran musuh. Mereka berdoa agar perahu tersebut berubah menjadi batu besar untuk menyembunyikan keberadaan mereka hingga berubahlah perahu menjadi sebuah batu.

 

Cerita versi lain muncul dari Kerajaan Blambangan yang diperintah oleh Minak Jinggo tengah berperang dengan Kerajaan Majapahit. Pasukan Blambangan yang mengalami kekalahan harus melarikan diri.

 

Pasukan tersebut membawa sebuah dodol sebagai bekal dalam pelariannya. Akan tetapi, saat tiba di perbatasan Situbondo – Banyuwangi, dodol tersebut tertinggal dan berubah menjadi batu besar dengan bentuk serupa dodol.

 

Kemudian, jika diamati, dari dalam Watu Dodol tumbuh sebuah pohon kelor. Menurut legenda, pohon tersebut berasal dari pikulan kayu seorang penjual bernama Kiai Semar yang terlempar dan menancap di sela-sela Watudodol. Kayu tersebut kemudian tumbuh menjadi pohon kelor.

 

Batu ini rupanya telah ada sejak jaman penjajahan Belanda. Masyarakat menganggap bahwa keberadaan batu tersebut sangat sakral sebab ada banyak peristiwa mistis yang terjadi.

 

Konon, batu ini telah dicoba untuk dilakukan pembongkaran ketika jalur Merak- Banyuwangi dibuat pada era Belanda. Akan tetapi, usaha tersebut gagal dilakukan. Bahkan, batu ini pernah dicoba untuk ditarik menggunakan kapal tetapi tidak ada satupun yang berhasil. Bahkan, kapal yang berupaya menarik Watu Dodol justru terbelah menjadi dua.

 

Banyaknya upaya yang berujung pada kegagalan untuk memindahkan batu inilah yang menyebabkan warga percaya bahwa batu ini dijaga oleh sosok- sosok ghaib. Lokasinya yang berada di perbatasan Situbondo dan Banyuwangi membuat masyarakat percaya bahwa batu ini menjadi pintu gerbang dari kerajaan yang sering dilalui oleh mahluk halus utusan Ratu Pantai Selatan. (int) 

Baca Juga : Ini Desa Wisata Favorit di Sleman yang Cocok Untuk Edukasi
Bagikan :