SURABAYA, PustakaJC.co - Daerah Lamongan, Jawa Timur ternyata memiliki peninggalan Belanda yang sampai saat ini masih dimanfaatkan oleh masyarakat. Peninggalan tersebut adalah Waduk Prijetan yang sudah dibangun pada 1910.
Dimuat dari laman Direktori Pariwisata RI, Pemerintah Hindia Belanda membangun bangunan dengan panjang sekitar 460 meter ini bersama dengan tujuh waduk lainnya. Pembangunan Waduk Prijetan diselesaikan pada 1917.
Waduk Prijetan ini berlokasi di Desa Mlati, Kecamatan Kedungpring, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur. Adapun daerah yang dialiri oleh waduk ini terdiri dari 3 kecamatan yaitu, Kecamatan Kedungpring, Kecamatan Sugio, dan Kecamatan Modo.
Dahulu waduk yang berkapasitas 12 meter kubik itu disebut sebagai Waduk Krekah. Kini Waduk Prijetan ini masih digunakan untuk mengairi sawah seluas 4.513 hektare. Sehingga masih bermanfaat bagi masyarakat.
Pembangunan Waduk Prijetan dilakukan oleh JF A Dligoor. Sebelum waduk ini dibangun, pada musim hujan debit air Sungai Prijetan sangat tinggi sehingga menyebabkan banjir di sekitar daerah Lamongan.
Tetapi ketika musim kemarau, debit air Sungai Prijetan menjadi sangat rendah. Sehingga sungai tidak dapat digunakan untuk mengairi lahan pertanian dan mengalami kekeringan. Sehingga pembangunan waduk ini sangat bermanfaat.
Tipe bendungan dari Waduk Prijetan adalah urugan. Awalnya waduk ini bisa menampung air sekitar 12 juta meter kubik. Namun kini berkurang menjadi 9,75 juta meter kubik karena adanya sedimentasi.
Waduk Prijetan juga didukung saluran primer yang mencapai 5.176 meter dan saluran sekunder sepanjang 21.594 meter. Pemandangan Waduk Prijetan juga menjadi nilai plus karena kerap dikunjungi untuk sekadar bersantai.
Dimuat dari Jatim.tribunnews, Menteri Luar Negeri Kerajaan Belanda Stephanus Abraham Blok mengunjungi Waduk Prijetan pada 2018 silam. Ternyata di dalam kompleks waduk itu ada makam kakek buyut Stephanus Abraham Blok yang adalah insinyur.
“Kakek buyut saya dulu bekerja sebagai insinyur dalam pembangunan waduk ini,” ungkapnya.
Ketika itu, dirinya menyampaikan Pemerintah Kerajaan Belanda juga menyediakan beasiswa bagi masyarakat Indonesia untuk belajar di Belanda, khususnya terkait sumber daya air.
“Pemerintah juga menyiapkan anggaran normalisasi jaringan irigasi sebesar Rp22 miliar pada 2017,” katanya.
Pada 2019 terdapat studi penanganan sedimentasi waduk, yang akan dilanjutkan pengerukan sedimen dan konservasi daerah aliran sungai dengan anggaran Rp112 miliar. Salah satunya perawatan waduk. (int)