Wisata

Sumur Daksan Peninggalan Dinasti Syailendra Berusia 11 Abad di Sampang

Sumur Daksan Peninggalan Dinasti Syailendra Berusia 11 Abad di Sampang
dok th

SURABAYA, PustakaJC.co -  Di Sampang ada sebuah sumur tua berusia lebih dari 11 abad yang masih ada hingga sekarang. Sumur yang telah ada sejak zaman kerajaan itu masih ada airnya hingga kini.

 

Sumur itu adalah Sumur Daksan yang merupakan sebuah situs budaya di Jalan Suhadak, Kelurahan Dalpenang kota Sampang. Sumur Daksan tidak seperti umur pada umumnya.

 

Sumur ini berbentuk kotak dan mempunyai dua bagian di dalamnya. Bagian pertama ada di sekitar 2 meter ke dalam sumur. Bagian itu berbentuk oval dengan ukuran diameter sekitar 2 meter menyerupai tempat semedi yang hanya cukup untuk duduk satu orang. Di samping bagian pertama sumur tersebut terdapat sebuah relief di dinding sumur.

 

Bahtiar Arifin sejarawan mengatakan relief itu berbentuk gambar seorang buto (raksasa) diapit dua ekor kuda. Relief itu juga menunjukkan candra sengkala atau tahun kapan sumur itu dibuat.

 

"Candra Sangkala (relief) yang ada itu hanya menunjukkan tahun pembuatan, dengan pengertian tertulis Kudok Alih Ngrangsang Ing Buto yang berarti 757 tahun Saka atau 835 Masehi, " ungkap Bahtiar.

 

Setelah bagian pertama, di sampingnya ada sebuah lubang atau liang yang mengarah kepada sumur dengan air di dalamnya. Sumur Daksan sendiri tidak terlalu dalam, hanya 4 meter dalamnya. Airnya juga masih ada dan bisa diambil.

 

Menurut Bahtiar, adanya situs Sumur Daksan ini menandakan kemungkinan masuknya sebuah komunitas masyarakat yang berorientasi pada ajaran Hindu-Buddha. Sebab dari candra sangkala yang ada dapat dipastikan bahwa Sumur Daksan itu ada pada masa Dinasti Syailendra atau 1188 tahun yang lalu.

 

"Memang jika mengacu pada catatan sejarah Indonesia secara umum, pada tahun 835 Masehi atau abad ke 7 Masehi itu masuk pada masa Dinasti Syailendra. Pembuat sumur ini adalah Brahmana," kata Bahtiar

 

Bahtiar menjelaskan namun keberadaan komunitas masyarakat Hindu -Buddha di lokasi Sumur Daksan masih diragukan. Sebab hingga saat ini masih belum ditemukan peninggalan lain yang menguatkan adanya komunitas itu ataupun tentang kelompok yang mengajarkan ajaran tersebut.

 

"Asumsi saya, tempat tersebut adalah tempat seorang Brahmana mengasingkan diri dari komunitasnya (semedi). Sebab jika dia (Brahmana) datang bersama komunitasnya pasti tulisan yang ada tidak hanya satu tetapi ada tulisan lain tentang ajarannya. Selain itu seharusnya ada peninggalan kehidupan lain seperti tungku perapian dan semacamnya." tandas Bahtiar. (int)

 

Baca Juga : Mengenal Suku Sunda: Keramahan, Tradisi, dan Fakta Uniknya!
Bagikan :