SURABAYA, PustakaJC.co - Sisa peninggalan sejarah bangsa Indonesia kembali ditemukan kali ini di Jombang, Jawa Timur pada 2019 lalu. Peninggalan sejarah berupa kolam pemandian ini kemudian diberikan nama Situs Sumberbeji.
Saluran air sekaligus petirtaan atau kolam renang besar itu berada di bawa sendang atau danau kecil yang menjadi sumber irigasi sawah warga. Keberadaannya ditemukan oleh seorang warga saat membersihkan endapan lumpur.
Selanjutnya, dilakukan survei penyelamatan selama lima hari, hingga Sabtu 3 Agustus 2019. Kemudian ditemukan juga struktur bangunan lain yang lebih besar. Selain itu, sekilas bangunan tersebut mirip Candi Tikus di Trowulan.
Kepala Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Provinsi Jawa Timur, Andi Muhammad Said menduga bangunan mirip saluran air ini merupakan peninggalan era Majapahit pada abad 13-15.
“Yakni masa raja perempuan Majapahit Tribhuwana Tunggadewi di setiap sisinya ada pancurannya,” tutur Said dilansir dari malanginside.
Direktur Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Fitra Arda menjelaskan bahwa penemuan benda cagar budaya ini menunjukkan majunya peradaban nenek moyang Indonesia.
Hal ini jelasnya tergambar dari struktur petirtaan, teknologi pembangunan, serta kegunaan petirtaan. Selain itu berdasarkan konstruksi bangunan petirtaan kuno tersebut tergambar tingginya pengetahuan dan kemampuan para raja dan masyarakat di masa lalu.
“Kita bisa bayangkan, sekitar abad ke 14, di sini di Jombang, ditemukan teknologi pembangunan seperti ini. Ada pengatur airnya, lalu teknik pembuatan batanya, itu identitas kita,” jelas Fitra.
Disebutkannya bangunan petirtaan kuno tersebut mempunyai luas 18 x 20 meter. Di tengah bangunan petirtaan tersebut terdapat bangunan persegi dengan ukuran masing-masing sisi 3,8 meter.
Di sisi barat petirtaan terdapat arca burung garuda yang masih menempel kuat pada dinding bangunan petirtaan kuno. Di sebelah utara dari arca burung garuda ada saluran air yang membentang dari arah barat.
Saluran air tersambung dengan bangunan petirtaan dan berfungsi sebagai saluran masuknya air ke petirtaan. Sedangkan di sisi utara yang mengarah ke timur terdapat saluran air yang berfungsi sebagai saluran pembuangan.
Fitra menduga bahwa dengan tingginya teknologi untuk petirtaan kuno Sumberbeji ini tak hanya digunakan untuk pemujaan. Tempat suci pada masa lalu tersebut juga memiliki andil besar bagi pertanian di sekitarnya.
“Tidak akan mungkin ada bangunan suci dengan teknologi seperti ini, kalau raja dan rakyatnya tak akur. Kalau ada bangunan seperti ini, pasti pada masa itu tata hidup masyarakat sangat baik. Nah itu identitas kita sebagai masyarakat Jombang,” ujarnya.
Karena itulah pihaknya akan terus mengeksplorasi situs purbakala ini. Tahap selanjutnya, mereka akan melakukan penelitian lanjutan untuk mendapatkan konstruksi bangunan utuh, serta konstruksi sejarah di balik situs petirtaan kuno ini.
Selain penelitian terkait situs cagar budaya, Fitra menyatakan telah menyiapkan rencana pemanfaatan kawasan situs. Tujuannya agar kawasan tersebut bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar.
“Bisa melalui ekonomi kreatif, bisa melalui pariwisatanya, bahkan untuk identitas atau karakter bangsa,” jelasnya. (int)