Studi terbaru dari The Institute for Geoscience Research pada 2020 mengungkapkan, kekuatan megaerupsinya mencapai 8 Volcanic Explosivity Index (VEI). Padahal, letusan Gunung Tambora di Sumbawa, Nusa Tenggara Barat, pada 1815 silam sudah menghasilkan 7 VEI. Dahsyatnya letusan Gunung Toba turut memunculkan kerucut vulkanik berwujud Pulau Samosir.
Pulau Samosir sebelumnya merupakan dasar danau yang kemudian terangkat ke permukaan akibat adanya aktivitas geo-volkanologi resurgent doming. Yaitu suatu pengangkatan dasar kawah atau kaldera sebagai akibat dari desakan magma dalam proses pencapaian kesetimbangan baru pascaerupsi.
Pulau ini mempunyai danau seluas 5 hektare bernama Danau Sidihoni. Danau di atas danau ini terbentuk karena adanya pergerakan geodinamika dari Sesar Sumatra yang bersinggungan dengan Pulau Samosir. Geolog dunia dari Rutgers University-New Brunswick, Benjamin Black mengutarakan, megaerupsi Gunung Toba kala itu nyaris melenyapkan populasi manusia purba di Nusantara dan kawasan Asia Tenggara karena ada jutaan ton asam belerang beracun dimuntahkan dari perut gunung.