Wisata

Ragam Memori Bersejarah dari Wilayah Surabaya di Kampung Arab

Ragam Memori Bersejarah dari Wilayah Surabaya di Kampung Arab
Dok infopublik

 

SURABAYA, PustakaJC.co -Kampung Arab tidak hanya ada di Bogor namun juga di Surabaya, Jawa Timur. Kampung Arab berada di area Kawasan Wisata Religi Sunan Ampel. Tempat ini tidak kalah menarik untuk dikunjungi.

 

 

Dimuat dari Kompas, dipercaya tempat tersebut dihuni oleh Sunan Ampel yang punya nama kecil Raden Rahmat Rahmatullah, putra Sunan Gresik dengan putri Raja Champa, Dewi Candrawulan.

 

Dikawasan tersebut kemudian dibangun masjid dan juga pondok pesantren yang kemudian berkembang luas dan berpengaruh di Indonesia. Memang sejak tahun 1451, orang-orang Timur Tengah mulai datang ke wilayah Ampel.

 

Gelombang pertama ini datang untuk berdagang selain karena mendengar ada wali di wilayah itu. Gelombang selanjutnya terjadi pada tahun 1820, ketika pendatang dari Hadhami datang dari Hadramaut, Yaman Selatan datang ke Surabaya.

 

Pada era 1900, lebih banyak lagi Hadhami yang datang karena negara asal mereka terjadi konflik politik. Sejak itu wilayah Ampel juga dikenal sebagai Kampung Arab. Apalagi karena usahanya meningkat, mereka bisa membeli rumah-rumah di kawasan Ampel.

 

Karena itu, meski namanya Kampung Arab, tapi banyak bangunannya bercorak Hindu Jawa seperti terlihat dari Masjid Ampel. Banyak juga bangunan bercorak Eropa, China, dan Melayu seperti yang terlihat di Jalan Panggung, kawasan Kampung Arab.

 

M Khotib Ismail, Ketua Pokdarwis atau Kelompok Sadar Wisata Ampel menyatakan Kampung Arab sebenarnya ada di sebelah wilayah Ampel. Pemerintah Belanda ketika itu mengelompokkan wilayah berdasarkan etnis.

 

“Dulu ada etnis Melayu, Jawa, dan Tiongkok. Masing-masing etnis dikelompokkan. Kampung Melayu ada sejak lama sebagai kediaman adipati. Di wilayah Ampel, sebenarnya Kampung Melayu,” papar Khotib Ismail yang dimuat Jawapos.

 

Kampung Melayu ketika itu diisi oleh masyarakat Melayu dari Sumatra seperti Palembang bahkan Malaysia. Menurut arsip sejarah, koloni berdasar etnis itu dibuat pemerintah Belanda sejak abad 19.

 

Pada buku berjudul Kota di Djawa Tempo Doeloe, Maleishckamp pada medio abad ke-19 bergeser. Posisinya semakin lama kemudian bergeser, malah terus menyusut karena berjalannya waktu.

 

“Salah kalau dibilang kampung. Yang benar adalah kawasan koloni etnis. Maksudnya itu kamp, bukan kampung. Di wilayah Ampel dulu bukan Kampung Arab,” ucap Khotib.

 

Kawasan Ampel memang banyak didatangi karena roda perekonomian dan pelayanan masyarakat bisa berputar sendiri. Selama puluhan tahun, Kampung Arab Ampel Surabaya merupakan kawasan mandiri.

 

Salah satu magnet terkuat masyarakat Arab memilih tinggal di Kampung Arab karena keberadaan makam Sunan Ampel. Sehingga keberadaan sejarah dan perkembangan wilayah Ampel itu membuat para wisatawan tertarik datang ke sana.

 

Data Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Surabaya (Disbudpar) menyebut bahwa jumlah wisatawan yang berkunjung selama Januari sampai Juli 2019 mencapai 955.448 orang. Trend wisatawan ini cenderung meningkat dari tahun ke tahun.

 

Wisatawan juga kerap berkunjung ke beberapa bangunan yang menjadi cagar budaya yaitu Rumah Sakit Al-Irsyad yang sangat berkontribusi saat perjuangan masyarakat Surabaya. Ada juga Hotel Kemajoean yang didirikan oleh Yayasan Al-Irsyad.

 

Di sepanjang jalan menuju ke kompleks makam dan masjid, banyak penduduk lokal yang menawarkan barang khas kampung Arab semisal perlengkapan ibadah, siwak (sikat gigi zaman Rasul), minyak wangi, kacang Arab dan kurma. (int)

 

Baca Juga : Fakta Menarik Banda Neira, Surga Rempah-Rempah dengan Keindahan Eksotis
Bagikan :