Kampung Melayu ketika itu diisi oleh masyarakat Melayu dari Sumatra seperti Palembang bahkan Malaysia. Menurut arsip sejarah, koloni berdasar etnis itu dibuat pemerintah Belanda sejak abad 19.
Pada buku berjudul Kota di Djawa Tempo Doeloe, Maleishckamp pada medio abad ke-19 bergeser. Posisinya semakin lama kemudian bergeser, malah terus menyusut karena berjalannya waktu.
“Salah kalau dibilang kampung. Yang benar adalah kawasan koloni etnis. Maksudnya itu kamp, bukan kampung. Di wilayah Ampel dulu bukan Kampung Arab,” ucap Khotib.
Kawasan Ampel memang banyak didatangi karena roda perekonomian dan pelayanan masyarakat bisa berputar sendiri. Selama puluhan tahun, Kampung Arab Ampel Surabaya merupakan kawasan mandiri.
Salah satu magnet terkuat masyarakat Arab memilih tinggal di Kampung Arab karena keberadaan makam Sunan Ampel. Sehingga keberadaan sejarah dan perkembangan wilayah Ampel itu membuat para wisatawan tertarik datang ke sana.