Walau begitu, terjadi konflik antara Aryo Blitar I dengan Ki Sengguruh Kinareja yang tak lain adalah patihnya sendiri. Hal ini terjadi karena Sengguruh ingin mempersunting Dewi Rayung Wulan, istri Aryo Blitar I.
Singkat cerita, Aryo Blitar I lengser dan Sengguruh meraih tahta dengan gelar Adipati Aryo Blitar II. Akan tetapi pemberontakan terus terjadi di Blitar karena pembalasan yang dilakukan Joko Kandung yang merupakan anak dari Aryo Blitar I.
Kepemimpinan Joko Kandung akhirnya terhenti ketika datangnya pemerintah Belanda. Kota Blitar kemudian berstatus gemeente (kotapraja) pada tanggal 1 April 1907 berdasarkan peraturan Staatsblad van Nederlandsche Indie No 150/1906.