SURABAYA, PustakaJC.co - Hutan ternyata bukan penyedia oksigen terbanyak di Bumi. National Geographic menyebut pohon dan hutan hujan hanya bertanggung jawab kira-kira 28% oksigen di bumi.
Sedangkan yang terbesar yakni sekitar 70% oksigen berasal dari lautan dan sisanya berasal dari sumber lain. Tumbuhan yang hidup di laut melepaskan oksigen molekuler sebagai produk limbah fotosintesis.
Seperti yang diketahui, fotosintesis adalah proses pembuatan makanan pada tumbuhan. Dalam prosesnya tumbuhan menangkap sinar matahari dan menggunakan energinya untuk memisahkan karbon dioksida dan air, membuat gula dan melepaskan oksigen.
Lalu mengapa tumbuhan laut bisa menjadi penghasil oksigen terbanyak di Bumi? Begini penjelasan selengkapnya.
Melansir laman National Ocean Service (National Oceanic and Atmospheric Administration) Amerika Serikat produksi oksigen dari tumbuhan laut yakni plankton samudra. Baik fitoplankton, kelp hingga algal plankton.
Salah satu spesiesnya yakni Prochlorococcus bahkan menghasilkan hingga 20% oksigen di seluruh biosfer. Padahal Prochlorococcus adalah organisme fotosintetik paling kecil di Bumi. Namun tumbuhan itu mampu menghasilkan oksigen dari gabungan semua hutan hujan tropis di daratan.
Sayangnya semakin dengan berkembangnya zaman, oksigen yang diproduksi di lautan jumlahnya terus berubah. Para ilmuwan menjelaskan jumlah plankton dapat berubah secara musiman.
Perubahan beban nutrisi, air, suhu dan berbagai faktor lainnya juga membuat oksigen dari laut dapat berkurangan.
Satu hal yang penting diingat, meskipun tumbuhan laut menghasilkan setidaknya 50% oksigen di Bumi, tapi bukan berarti oksigen tersebut yang digunakan manusia untuk bernapas.
Seluruh oksigen tersebut dipakai oleh makhluk hidup yang hidup di lautan. Seperti hewan di darat, hewan dan tumbuhan laut menggunakan oksigen untuk bernafas. Tak hanya itu, oksigen juga dikonsumsi saat tumbuhan dan hewan mati membusuk di lautan.
Sehingga, oksigen tersebut meski tak langsung digunakan manusia, tapi memiliki fungsi lain yakni membuat rantai makanan di Bumi tetap terjaga.
Seperti yang sempat disinggung, jumlah oksigen di laut bisa berubah jumlahnya. Melansir laman The Conversation, lautan terbuka bisa kehilangan 0,5 hingga 3,3% stok oksigennya di 1.000 meter teratas dari tahun 1970-2010.
Akibatnya wilayah laut dengan oksigen yang sangat rendah atau tidak ada sama sekali tercipta. Wilayah tersebut bernama zona minimum oksigen yang akan terus meluas saat planet menghangat.
Sejak penurunan oksigen di laut terjadi, zona minimum oksigen telah meningkat sebesar 3-8% sejak tahun 1970-2010.
Penurunan oksigen di laut ini terutama bisa disebabkan oleh meningkatnya stratifikasi lautan atau pencampuran permukaan laut menjadi lebih hangat.
Akibatnya lapisan laut yang lebih dalam dan padat akan membatasi penetrasi oksigen dan konsumsi oksigen oleh makhluk laut meningkat kala laut menghangat.
Sebuah studi baru mengungkapkan kini zona minimum oksigen di lautan terbuka telah meluas beberapa juta kilometer persegi di ratusan lokasi pesisir seluruh dunia. Hal ini menyebabkan kadar oksigen terlalu rendah dan tak mampu mendukung sebagian besar kehidupan laut. (int)