YOGYAKARTA, PustakaJC.co - Desa Dlepih, Kecamatan Tirtomoyo, Wonogiri dipercaya sebagai tempat bertapa Panembahan Senopati atau Danang Sutawijaya. Dirinya diceritakan mendapatkan wangsit di tempat itu sebelum mendirikan dan menjadi raja pertama Kerajaan Mataram Islam.
Juru kunci menyatakan Danang Sutawijaya akan menepi ke Kahyangan saat mengalami kegelisahan dalam sanubarinya. Apalagi dirinya berusaha untuk menjadi penguasa dan menyatukan Tanah Jawa di bawah benderanya.
“Danang Sutawijaya berusaha mendapat ketenangan atau kekuatan magis saat menepi di Kahyangan Dlepih,” jelasnya.
Dirinya kemudian melakukan pertapaan pertama di kawasan Kahyangan Dlepih di Selo Bethek. Tetapi dirinya kemudian pindah ke Selo Payung di mana dirinya bertemu dengan Nyi Widononggo yang merupakan suruhan Nyi Roro Kidul.
Pada pertemuan itu, Nyi Widononggo melakukan bisikan gaib kepada Danang Sutawijaya untuk melakukan mandi di Kedung Pasiraman. Pada saat itulah, dirinya bertemu dengan Nyi Roro Kidul.
Pertemuan itu bukan hanya pertemuan biasa, namun terjadi janji pernikahan dan juga transfer kekuatan. Penguasa Pantai Selatan tersebut memberikan kekuatan magis kepada Hadiwijaya dan juga seluruh keturunan yang kelak menjadi penguasa Tanah Jawa.
Karena itulah Kahyangan Dlepih Wonogiri masih melekat menjadi tempat bersemedi bagi masyarakat setempat. Hingga saat ini, petilasan di Kahyangan masih difungsikan sebagai tempat menggelar ritual semedi.
“Bahkan, pesiramannya juga masih digunakan untuk ritual berendam,” tulis Mariyana Ricky yang dimuat Solopos.
Pengunjung biasanya memadati tempat wisata Kahyangan Wonogiri pada hari-hari tertentu, seperti Malam Jumat Kliwon, malam Selasa Kliwon, Legi, dan Malam Satu Suro. Terlepas dari sejarah, wisata Kahyangan memang menyimpan mitos yang menyeramkan.
Andriyanto dalam jurnal berjudul Petilasan Kahyangan, Memory, Sejarah dan Wisata di Pinggiran Wonogiri (2021) menyebut Kahyangan berada di daerah batas timur Sungai Keduwang yang merupakan kawasan berbatasan dengan mancanegara.
Andriyanto menyebut tempat-tempat di Kahyangan Dlepih yang dianggap sebagai tempat ritual antara lain, Selo Betek, Selo Gapit/Penangkep, Selo Payung, Selo Gilang/Pesalatan, Selo Gawok, dan Pemandian Kahyangan (kedung= pertemuan dua arus sungai).
Tempat-tempat tersebut dipercaya memiliki makna atau kekuatan magis tersendiri. Selo Payung dipercaya memiliki kekuatan magis paling besar dan pada titik ini biasanya dijaga oleh juru kunci.
“Pertemuan antara Senopati dengan Nyi Roro Kidul, pada pertemuan tersebut, Senopati mendapat pulung yang menjadikan legitimasi maju sebagai penguasa Jawa,” jelasnya.
Tetapi tempat ini juga dipercaya sering meminta tumbal alias memakan korban jiwa. Mayoritas korban adalah para pengunjung yang berniat untuk melakukan ritual berendam. Kali terakhir pada 4 Desember 2022 lalu.
Ketika itu seorang pria dinyatakan kalap saat mengantarkan teman perempuannya ritual di Kahyangan. Dirinya tenggelam karena terpeleset saat menyebrangi sungai setelah melakukan ritual.
“Setelah parkir sepeda motor, korban, dan temannya berjalan menuju lokasi Siraman Sungai Kahyangan. Tujuannya untuk mengadakan doa atau sholat di tempat sholat yang letaknya menyeberang Sungai Siraman,” ujarnya.
Selain itu seorang mantan pejabat eselon I Kepala Kanwil tingkat provinsi sebuah instansi pemerintah, pernah ditemukan membusuk saat bertapa di depan Sela Payung Kahyangan Dlepih, Tirtomoyo, Wonogiri.
Budayawan Jawa peraih anugerah Bintang Budaya KRA, Pranoto Adiningrat mengatakan termasuk tempat yang wingit (angker) Abdi dalem Keraton Surakarta yang mantan Kepala Dinas Pariwisata Pemuda Olahraga (Disparpora) Kabupaten Wonogiri pun memberi saran.
“Pengunjung sebaiknya berbekal hati suci, tidak aneh-aneh dan mematuhi pantangan,” paparnya. (int)