Sejumlah warga sekitar juga setuju. Kris pun mengecat dinding kolong dan membersihkannya. Maka 27 April 2013, Kris pun menggelar tasyakuran dengan mengundang warga sekitar untuk meresmikan kedai kopinya. Bulan kemarin,ia memanfaatkan kolong sebelah untuk kedai juga.
Soal nama, Kris sempat mempertimbangkan nama berbau Belanda: Kolong Café Huis. Namun karena dirasa sulit dihapal, akhirnya ia memilih nama yang lebih sederhana: Kafe Kolong. Ia berkongsi dengan Johanes Riyanto, kawannya sesama pecinta alam. Tak ada hambatan berarti dalam usahanya itu.
Mulanya memang ada suara-suara minor yang mempertanyakan penggunaan kolong jembatan sebagai kafe. Namun Kris jalan terus. Ia memberikan penjelasan dari mulut ke mulut tentang kedainya itu. Ia menerapkan aturan ketat kepada para pengunjung: jangan bawa minuman beralkohol. Tamu-tamu berdatangan dan menikmati suasana di sana. Mreka ngobrol, berdiskusi, dan bahkan menggelar rapat di sana.