“Kalau orang sini tidak pernah melihat yang aneh-aneh. Malah orang luar biasanya yang melihat, misalnya burung, atau ada mobil tiba-tiba berhenti dikira menabrak kucing, padahal tidak apa-apa,” ujarnya.
Yudi mengaku sejak zaman kakek neneknya masih ada yang melakukan ziarah, namun saat ini sudah hampir tidak ada. Keberadaannya makam itu, kata Yudi, hanya sebagai penanda sejarah, salah satunya agar masyarakat juga mencintai binatang.
“Kalau bagi saya ini semacam tetenger (penanda) kalau dahulu PB X suka dengan kucing. Selain itu kan binatang dari keraton juga dimakamkan semua. Belajar dari situ, kita juga harusnya juga sayang binatang,” katanya. (int)