Dari rekonstruksi diandaikan, Candi Mendut dan Candi Pawon yang berada pada garis lurus dengan Candi Borobudur, berada di daratan dengan lokasi di tepian danau. Dari Candi Pawon-lah, kata Nieuwenkamp dapat diperoleh panorama Borobudur yang paling bagus.
Sementara itu untuk membuktikan hipotesisnya, Nieuwenkamp menunjukkan beberapa nama desa di sekitar Candi Borobudur yang berhubungan erat dengan danau dan air, seperti Tanjungsari, Bumisegoro, Sabrangrowo, atau Segaran.
Tetapi mendengar hipotesis itu, Theodoor van Erp, orang Belanda yang juga berjasa memimpin pemugaran Candi Borobudur langsung menyanggahnya. Dirinya tentu memahami benar segi-segi teknis bangunan ini.
Dalam catatan van Erp, Candi Borobudur dibangun dari dua juta kubik batu andesit, terdiri dari 1.460 panel bergambar dan 1.212 panel dekoratif, dan juga 504 patung Buddha tiga dimensi, plus satu stupa besar dengan diameter 52 kaki.
Berdasarkan pengetahuan, dan argumentasi dari segi teknis bangunan itulah, van Erp mengritik fantasi Nieuwenkamp yang disebutnya ngawur. Pasalnya, hipotesa ini tidak didasarkan prasasti yang menyebutkan adanya lingkungan danau di sekitar candi.
Walau demikian, sejak Nieuwenkamp mengemukakan hipotesisnya ini, dirinya berhasil merangsang ilmuwan lain agar membuktikan hal ini. Beragam ilmuwan hingga tokoh nasional pun mulai mencari pembuktian akan hipotesis ini.