Soekarno dalam otobiografinya Bung Karno: Penyambung Lidah Rakyat Indonesia yang ditulis oleh Cindy Adams sangat menjunjung hormat mereka yang pernah diasingkan dan wafat di Digoel.
“Banyak orang Komunis yang tulang belulangnya berserakan dalam kuburan-kuburan yang tak dikenal di Digoel adalah pejuang-pejuang kemerdekaan yang ulung,” ucapnya.
Tidak heran, dirinya merasa tanah Digoel sebagai tempat persemaian benih kemerdekaan sedangkan para digulis itu disebutnya sebagai pejuang perintis kemerdekaan. Romantika inilah yang membawa semangatnya bahwa Papua merupakan bagian dari Indonesia.
Sekarang, Boven Digoel sudah banyak berubah kaum transmigrasi dan pendatang dari Jawa, Toraja, serta Makassar berdatangan dan tinggal di sana. Meski demikian, daerah ini masih agak terisolasi karena perjalanan darat yang jauh dengan beberapa titik jalan yang rusak parah.
Untuk sampai ke Digoel melalui akses darat dibutuhkan waktu minimal delapan jam dari Merauke. Sementara itu transportasi udara hanya bisa ditempuh dengan pesawat-pesawat kecil bermuatan tujuh penumpang yang hanya melintas dalam seminggu.