Kawasan tenggara terdiri dari tanah kapur yang bercampur dengan abu vulkanik dari gunung berapi aktif yaitu Gunung Semeru. Kawasan Malang bagian barat membentuk sebuah daratan yang menjadi aliran Sungai Brantas dan Sungai Metro.
Sebagian besar kawasan di bagian timur dan selatan merupakan lahan kering sehingga banyak mengandalkan pasokan air tadah hujan. Sebelum dibangun jalan raya pos pada tahun 1845, Malang masih merupakan kawasan frontier (potensi sumber daya lingkungan yang kaya).
Arthur van Schalk dalam Malang: Beeld van een Stad menyebut Malang sebagai kota di tengah alam liar, hal ini karena melihat kondisi lingkungan yang masih didominasi dengan alam dan sedikit penduduk yang bermukim.
Malang merujuk pada wilayah yang mencangkup Kabupaten Malang dengan batas ujung utara di Distrik Lawang. Dalam gambaran Residen Malang H.J Domis pada tahun 1830, Lawang merupakan distrik yang berjarak 1,5 meter dari pusat Kabupaten Malang.