Awalnya dia dikenal sebagai tanaman pengganggu alias gulma. barulah pada tahun 1906, pekebun kopi di Tasmania, Amerika, menggunakan songgolangit sebagai penutup tanah. Saking banyaknya, penduduk sekitar perkebunan menggunakanya sebagai pakan ternak.
Sejak 1,5 abad silam katumpang – sebutan songgolangit di masyarakat Sunda – banyak ditemukan di Pulau Jawa. Tetapi tidak ada yang tahu pasti siapa yang pertama kali membawanya ke Indonesia.
Namun hal yang jelas di Jawa, terutama di Jawa bagian timur, para tabib kerap menggunakan songgolangit sebagai campuran herbal. Tanaman ini pun cepat menyebar di Pulau Jawa karena mudah tumbuh, terutama daerah yang cukup terkena matahari.
Walau sudah menyebar, songgolangit belum banyak dikenal orang, tetapi jasa tanaman ini tidak bisa disepelekan. Tinggi batangnya cuma 50 cm, itu pun kalau diluruskan, tubuhnya memang meliuk-liuk ke sana kemari.