Sedangkan pohon bercabang lima disebut pendhawa. Tampaknya orang Jawa klasik terinspirasi ceria pewayangan. Pohon berwatak sangat kuat dan sentosa ini sering dimanfaatkan sebagai kerangka pendopo utama.
Menurut Kanjeng Gusti Pangeran Haryo (KGPH) Puger, serat yang disusun oleh Pakubuwono V ini bedasarkan pengetahuan masyarakat Jawa saat itu. Pembuatan serat ini bertujuan untuk mewatakkan agar seolah-olah pohon jati ini hidup.
Dengan mewataki dan memberi sifat kepada bermacam-macam pohon jati, diharapkan bisa mencegah upaya-upaya serakah dalam memanfaatkan kayu jati. Mengingat jati merupakan tanaman tahun yang memerlukan waktu cukup panjang untuk bisa tumbuh dengan baik. (int)