SURABAYA, PustakaJC.co - Menjalani tiga peran sekaligus bukanlah hal yang ringan. Itulah yang dijalani oleh Aicha Widia seorang guru TK, mahasiswa, sekaligus pengusaha cireng ayam. Di tengah rutinitas padatnya, Aicha berusaha membagi waktu agar tetap bisa menjalankan semua tanggung jawabnya.
Usaha cireng ayam yang ia jalani bermula dari kesenangannya pada camilan tersebut.
“Cireng ini dimulai dari kesukaan sendiri, apalagi waktu itu di sekitar rumah belum banyak yang jual. Jadi coba-coba bikin sendiri biar bisa makan puas,” ujar Aicha dalam wawancara ekslusif dengan PustakaJC.co, Jumat (18/04/25).
Selain itu, ia juga termotivasi untuk mendapatkan penghasilan tambahan guna memenuhi kebutuhan pribadi.
Tantangan terbesar muncul dari keterbatasan waktu dan alat. Saat memulai produksi, Aicha masih kuliah di semester 4. Ia harus bangun pagi untuk membuat cireng mulai pukul 6 hingga 10 pagi sebelum menjalani aktivitas lain.
“Dulu belum punya alat giling tepung, jadi digiling manual pakai gelas atau botol kaca. Dibantu ayah dan ibu juga,” ungkapnya.
Ketika memasuki semester 6, kesibukan Aicha bertambah. Ia mulai mengajar di taman kanak-kanak, sementara kuliah tetap berjalan.
“Pagi ngajar, siangnya kuliah, kadang sampai malam. Produksi cirengnya jadi pas libur atau hari Jumat,” kata guru TK itu.
Di masa itu, ia benar-benar harus menyusun jadwal dengan cermat agar tidak ada yang terbengkalai.
Strategi utama Aicha adalah menyesuaikan ritme kerja dengan jadwal mengajar dan kuliah. Produksi dan penjualan dilakukan saat waktu luang, dengan pemasaran dilakukan secara online agar lebih fleksibel.
Bagi Aicha, tidak ada trik khusus dalam membagi waktu selain tetap bertanggung jawab atas semua peran yang dijalani.
“Tetap bertanggung jawab dengan keduanya, itu yang penting,” ujarnya.
Kisah Aicha Widia memberi gambaran tentang bagaimana ketekunan dan penataan waktu yang baik bisa menjadi kunci untuk menjalani berbagai peran secara bersamaan meski dengan segala keterbatasan. (nov)