Sebelum menjadi petani, Cak Anas sempat bekerja di perusahaan alat pertanian mekanik di Jepang. Dari situ, ia mempelajari berbagai teknologi modern yang mempermudah pekerjaan di sektor pertanian. Ia juga mendengar keluhan dari petani lanjut usia yang khawatir lahan mereka tidak lagi digarap ketika mereka pensiun.
"Saya dan istri menggunakan mesin pertanian untuk mempercepat proses produksi. Bahkan, anak saya yang masih kelas 4 SD sudah bisa mengoperasikan alat-alat pertanian ini karena teknologinya sangat mudah digunakan," jelasnya.
Keberhasilan Cak Anas tak lepas dari kebijakan pemerintah Jepang yang memberikan berbagai fasilitas dan subsidi kepada petani. Salah satunya melalui koperasi Japan Agriculture (JA) yang menetapkan harga beli hasil panen untuk melindungi petani dari permainan harga tengkulak.
"Misalnya harga beras ditetapkan 5 ribu yen, maka tengkulak wajib membeli dengan harga lebih tinggi dari itu. Ini membuat petani tidak dirugikan, dan tengkulak pun mendapat keuntungan yang wajar," ungkap pria asal Lumajang ini.