Tokoh

KH Abdul Wahid Hasyim Asy’ari dalam Buku Sang Mujtahid Islam Nusantara (16)

Pemikiran, Diplomasi, dan Warisan bagi Nusantara

Pemikiran, Diplomasi, dan Warisan bagi Nusantara
Dok inspira

Oleh: Ivan Febriyanto

 

SURABAYA, PustakaJC.co - Bagaimana mungkin sebuah perjuangan yang begitu besar, dengan lika-liku yang menegangkan, dapat terangkum dalam sebuah buku? Aguk Irawan, M.N. dalam Sang Mujtahid Islam Nusantara mencoba menjawab pertanyaan ini dengan menyajikan kisah K.H. Abdul Wahid Hasyim, seorang ulama besar yang juga negarawan visioner, dalam bingkai yang memikat, detail, dan penuh refleksi sejarah.

 

Buku ini bukan sekadar biografi, melainkan juga sebuah cerminan dari perjuangan panjang seorang pemikir Islam yang turut menentukan arah bangsa. Dalam kepungan kolonialisme dan pendudukan Jepang, Kiai Wahid bukan hanya seorang saksi sejarah beliau adalah penggerak yang melawan dengan pemikiran tajam dan strategi yang matang. Seberapa banyak dari kita yang menyadari bahwa sosok muda ini, dengan keteguhan hati, turut merumuskan dasar negara Indonesia?

 

Aguk Irawan, dengan gaya naratifnya yang khas, membawa kita ke dalam sidang-sidang bersejarah, di mana Kiai Wahid berdebat, berjuang, dan mengukir gagasan dalam rapat-rapat BPUPKI dan Panitia Sembilan. Bayangkan bagaimana seorang ulama muda, di tengah dominasi pemikir nasionalis, tetap teguh menyuarakan Islam sebagai dasar negara! Dengan penuh ketegasan, beliau mengatakan, “Kita harus memperjuangkan Islam sebagai dasar negara kita!” Sebuah kalimat yang mengguncang sidang dan menggugah kesadaran.

Baca Juga : Tumbuh di Lingkungan yang Baik
Bagikan :