Wahid kemudian menjadi sosok penting dalam Nahdlatul Ulama (NU), meneruskan perjuangan ayahnya, Kiai Hasyim Asy’ari. Beliau berjuang dalam mengembangkan pendidikan Islam, memperkuat posisi pesantren, serta mengawal Islam Ahlussunnah wal Jama’ah di Indonesia.
NU bukan hanya organisasi keagamaan, tetapi juga benteng pemikiran yang menjaga moderasi Islam di Nusantara. Wahid menyadari bahwa tantangan di masa depan adalah bagaimana Islam tetap berakar pada tradisi tetapi mampu menjawab tuntutan zaman. Ujar Aguk dalam bukunya
Kisah perjuangan ini menjadi relevan hingga kini. Bagaimana kita bisa meneruskan perjuangan NU? Dengan memahami nilai-nilai Islam yang damai, menjaga pesantren sebagai pusat keilmuan, dan melestarikan ajaran Ahlussunnah wal Jama’ah yang moderat.