Tokoh

Kh Abdul Wahid Hasyim Asy'ari dalam Buku Sang Mujtahid Islam Nusantara (15)

Perpisahan yang Mengubah Segalanya, Ziarah makam Rosulullah, dan Perjuangan NU

Perpisahan yang Mengubah Segalanya, Ziarah makam Rosulullah, dan Perjuangan NU
Kiai Wahid Hasyim saat mahasiswa (dok civitas academika tebuireng)

 

Hari itu, Wahid dan sepupunya, Kiai Ilyas, berangkat menuju pelabuhan Perak, Surabaya. Kapal Tjuk Nyak Dien yang akan mereka tumpangi telah bersiap. Keluarga dan para santri mengantar dengan haru. Saat kapal mulai menjauh, Wahid melambaikan tangan untuk terakhir kalinya. Di hatinya, ada doa dan harapan besar.

 

“Ilyas, apakah kau merasa perjalanan ini lebih dari sekadar menuntut ilmu?” Wahid bertanya sambil menatap laut luas.

 

Ilyas tersenyum. “Aku tahu, Wahid. Kita pergi bukan hanya untuk belajar, tapi juga untuk masa depan negeri kita.”

 

Perjalanan laut menuju Jeddah memakan waktu 30 hari. Ombak besar, badai yang mengguncang kapal, dan ketidakpastian menjadi bagian dari ujian. Namun, mereka tetap teguh. Ini bukan sekadar perjalanan fisik, tetapi perjalanan batin menuju ilmu dan kebijaksanaan.

 

Ketika akhirnya tiba di Madinah, Wahid dan Ilyas bergegas menuju makam Rasulullah. Hati mereka dipenuhi kerinduan dan harapan. Namun, apa yang mereka temui justru membuat dada mereka sesak.

Baca Juga : Jejak Intelektual yang Tak Biasa
Bagikan :