Tokoh

KH Abdul Wahid Hasyim Asy'ari dalam Buku Sang Mujtahid Islam Nusantara (14)

Keteguhan Saat Menghadapi Jepang dan Siasat Membebaskan Kiai Hasyim

Keteguhan Saat Menghadapi Jepang dan Siasat Membebaskan Kiai Hasyim
Gambar pesantren Tebuireng zaman dahulu di salah satu halaman buku Arsip Tebuireng (dok pinterest)

 

“Tuan, ayah saya adalah seorang ulama yang selalu mengutamakan kepentingan umat. Beliau tidak akan melakukan sesuatu yang bertentangan dengan keyakinan dan prinsipnya. Jika syarat ini dimaksudkan untuk mengekang kebebasan umat Islam, maka itu tidak bisa diterima.”

 

Imamura tersenyum tipis. “Kami hanya ingin memastikan tidak ada perlawanan.”

 

Setelah perdebatan panjang, akhirnya kesepakatan dicapai. Kiai Hasyim dibebaskan dengan catatan bahwa beliau akan tetap memimpin umatnya dengan damai, tanpa melakukan tindakan yang bisa dianggap sebagai ancaman bagi pemerintahan Jepang.

 

Buku ini lebih dari sekadar kisah sejarah. Ia menjadi refleksi bagi pembaca modern tentang keberanian, prinsip, dan strategi dalam menghadapi tantangan zaman. Bagaimana peran ulama saat ini? Apakah mereka masih memiliki semangat juang seperti Kiai Wahid? Atau justru kita yang semakin menjauh dari semangat perjuangan itu?

 

Melalui narasi yang kuat, Aguk Irawan mengajak kita untuk merenungi kembali makna kepemimpinan, perjuangan, dan keteguhan dalam prinsip. Bagi siapa pun yang ingin memahami lebih dalam tentang peran ulama dalam sejarah bangsa, Sang Mujtahid Islam Nusantara adalah bacaan yang wajib.

Baca Juga : Menteri Perempuan Pertama di Indonesia
Bagikan :