Tokoh

KH Abdul Wahid Hasyim Asy'ari dalam Buku Sang Mujtahid Islam Nusantara (14)

Keteguhan Saat Menghadapi Jepang dan Siasat Membebaskan Kiai Hasyim

Keteguhan Saat Menghadapi Jepang dan Siasat Membebaskan Kiai Hasyim
Gambar pesantren Tebuireng zaman dahulu di salah satu halaman buku Arsip Tebuireng (dok pinterest)

 

Dari keberanian Kiai Hasyim Asy’ari menolak sujud kepada Kaisar Jepang, kecerdikan Abdul Wahid Hasyim dalam melobi petinggi militer Jepang demi membebaskan ayahnya, hingga perjuangan menyatukan umat Islam di tengah perpecahan, buku ini mengungkap fakta sejarah yang jarang dibahas. Ulama dalam buku ini bukan hanya tokoh agama, tetapi juga pejuang yang memahami bahwa kemerdekaan tidak bisa diraih hanya dengan doa, melainkan dengan strategi dan perlawanan yang cerdas.

 

Seorang tentara Jepang berseru dengan suara lantang, “Kiai Hasyim, tunduklah dan hormati Kaisar! Ini perintah yang harus dipatuhi oleh semua orang di tanah ini!”

 

Beliau tetap berdiri tegak, memandang lurus ke arah tentara itu. Dengan suara yang tenang namun penuh ketegasan, beliau menjawab, “Itu tidak mungkin saya lakukan, Tuan-Tuan Nippon. Saya seorang Muslim. Kewajiban saya hanya tunduk menyembah Allah, Tuhan saya.”

 

Seketika suasana menjadi lebih tegang. Para santri saling berpandangan dengan cemas. Salah satu santri berbisik kepada temannya, “Apa yang akan terjadi pada beliau? Jika menolak, hukuman mereka pasti berat.”

 

Santri lainnya menjawab dengan suara lirih, “Beliau lebih takut kepada Allah daripada kepada manusia. Kita harus tetap berpegang pada ajaran beliau.”

Baca Juga : Tebuireng dan Peran Pesantren dalam Perjuangan Islam Nusantara
Bagikan :