Tokoh

KH Abdul Wahid Hasyim Asy’ari dalam Buku Sang Mujtahid Islam Nusantara (13)

Keteguhan, Pemikiran, dan Guncangan Kultural

Keteguhan, Pemikiran, dan Guncangan Kultural
KH Abdul Wahid Hasyim Asy’ari (dok koleksi tebuireng)

 

Namun, di sinilah letak ketajaman intelektual Abdul Wahid. Dengan dalil yang tersusun rapi, beliau menjawab teguran ayahnya, membuktikan bahwa pemahamannya terhadap agama bukan sekadar hafalan, melainkan hasil perenungan yang matang.

 

“Kafir salah karena kekafirannya, bukan karena bajunya,” ujarnya, memantik diskusi yang akhirnya diakhiri dengan pengakuan Kiai Hasyim: “Tidak salah menggunakan celana panjang untuk shalat.”

 

Di titik ini, buku ini mulai membuka pertanyaan besar, mengapa tradisi kerap dijadikan batas yang mutlak? Apakah mengikuti kebiasaan adalah satu-satunya cara menjaga nilai-nilai keislaman? Abdul Wahid menantang dogma tanpa kehilangan rasa hormat, sebuah keberanian yang jarang terlihat di zamannya. Beliau mempertanyakan sesuatu yang dianggap final, tetapi justru dengan pemahaman mendalam akan sumber hukum Islam.

 

Aguk Irawan, dengan gaya bertutur yang ekspresif dan kaya detail, membawa pembaca ke dalam pergolakan batin seorang ulama muda. Abdul Wahid tidak hanya cerdas dalam kitab, tetapi juga dalam kehidupan sosial-politik. Beliau menyerap ilmu dari berbagai sumber, tidak hanya dari kitab kuning, tetapi juga dari majalah-majalah berbahasa Inggris dan Belanda, memperluas cakrawala berpikirnya. Namun, apakah pemikirannya akan diterima di lingkungan yang masih memegang erat tradisi? Di sinilah letak ketegangan yang menyelimuti perjalanan hidupnya.

Baca Juga : Penyusun Kamus Al-Munawwir Pesantren Krapyak
Bagikan :