Tokoh

K.H. Abdul Wahid Hasyim Asy'ari dalam Buku Sang Mujtahid Islam Nusantara (12)

Dilema Keikhlasan: Antara Ibadah dan Politik

Dilema Keikhlasan: Antara Ibadah dan Politik
Pondok pesantren tebuireng

 

“Saya sangat bersyukur dan berterima kasih atas perhatian pemerintah. Saya merasa terhormat. Namun, saya membutuhkan waktu untuk mempertimbangkan hal ini.”

 

Utusan itu mengangguk, merasa lega karena tidak mendapat penolakan langsung.

 

Namun, setelah beberapa waktu, Kiai Hasyim akhirnya mengambil keputusan.

 

Dengan suara tenang namun penuh ketegasan, beliau berkata,

 

“Saya ini tiap hari hanya memikirkan amal ibadah saya. Sebagai seorang Muslim, saya hanya berharap ibadah saya diterima oleh Allah. Saya takut, jika saya menerima penghargaan ini, niat saya menjadi tidak ikhlas. Maka, saya memutuskan untuk menolaknya.”

 

Keputusan ini mengejutkan banyak pihak. Namun, penolakan Kiai Hasyim justru membuat pemerintah Hindia Belanda semakin yakin bahwa perjuangannya benar-benar murni untuk agama, bukan demi kepentingan politik pribadi.

 

Sementara itu, di tempat lain, Abdul Wahid Hasyim, bersama dua sahabatnya Joko dan Iksan membahas langkah selanjutnya.

Baca Juga : Evolusi Pemikiran dan Gaya pada Karya dalam Dua Wajah
Bagikan :