Malam itu, langit Tebuireng bersaksi. Bukan hanya tentang pesantren yang bangkit dari abu, tetapi juga tentang pertanda bahwa pemimpin besar akan segera lahir.
Buku ini bukan sekadar novel biografi. Ia adalah catatan sejarah yang hidup, yang penuh dengan ketegangan, harapan, dan kebangkitan. Aguk menulis dengan nada yang tajam dan penuh makna.
“Apa yang kita pelajari dari ini?” tanya Aguk dalam bukunya. “Kita sudah melihat bagaimana para santri berjuang. Tapi pertanyaannya, apakah kita memiliki keberanian yang sama?”
“Sejarah tidak menunggu orang-orang yang ragu!” tegasnya. “Kita bisa memilih menjadi bagian dari mereka yang berjuang, atau hanya menjadi penonton yang kelak menyesal.”
"Jangan sampai kita hanya mengenang perjuangan ini tanpa melanjutkannya," tulis Aguk dengan nada kecewa. "Apa gunanya kita mengagumi kisah hebat ini jika kita sendiri tidak siap menjadi bagian dari sejarah berikutnya?"
Jika Anda ingin memahami bagaimana pesantren menjadi benteng perlawanan dan bagaimana seorang pemimpin besar lahir dari kobaran api perjuangan, maka Sang Mujtahid Islam Nusantara wajib Anda baca!