Tokoh

KH Abdul Wahid Hasyim Asy’ari dalam Buku Sang Mujtahid Islam Nusantara (3)

Tumbuh di Lingkungan yang Baik

Tumbuh di Lingkungan yang Baik
Pintu masuk Pondok Pesantren Tebuireng pada masa kini, dahulu, KH Wahid Hasyim tinggal disini (dok tebuirang)

 

Orang-orang yang melihat kejadian itu takjub. “Subhanallah… ini anak luar biasa,” ujar para ibu pengajian.

 

Di usia tiga tahun, Wahid Hasyim sudah terbiasa mendengar lantunan ayat suci dan diskusi agama. Ketika para santri menghafal Al-Qur’an, beliau akan duduk di dekat mereka, memperhatikan dengan penuh keseriusan. Saat santri mengaji, Wahid seolah ikut mengeja dalam diam. Salah satu santri bahkan berbisik kepada temannya:

 

"Lihatlah Gus Wahid kecil itu. Aneh ya, wajahnya serius menatap kitab."

"Iya. Lihat pula bibirnya."

"Mengeja? Atau membaca?"

 

Keheranan seperti itulah yang mewarnai Pesantren Tebuireng dimasa pertumbuhan Wahid Hasyim. Seiring bertambahnya usia, Wahid semakin menunjukkan ketertarikan luar biasa terhadap ilmu pengetahuan. Pada usia lima tahun, beliau sudah bisa membaca Al-Qur’an dengan lancar dan mulai memahami kitab kuning. Aguk menulis bagaimana Wahid kecil lebih senang duduk bersama para ulama yang berkunjung ke rumahnya dibanding bermain dengan anak-anak seusianya.

Baca Juga : Tokoh Kewarganegaan Lewat Jurnalistik
Bagikan :