YOGYAKARTA, PustakaJC.co - Prof. Subandi, M.A., Ph.D., dosen Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada (UGM) meraih Anugerah Silver Academic Leader 2024 dari Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi Republik Indonesia pada Desember 2024 lalu.
Ia mendapat penghargaan tersebut sebab Prof. Subandi telah banyak membuat inovasi di bidang psikologi yang dikolaborasikan dengan ilmu antropologi.
Inovasinya beragam, mulai dari penelitian maupun pengabdian masyarakat yang berfokus pada psikologi tetapi dilihat dari perspektif antropologi atau kemanusiaan.
Inovasi yang dicetuskan Prof. Subandi sebenarnya berangkat dari kecintaannya pada antropologi, sebuah ilmu yang secara khusus mempelajari tentang manusia. Dari sana, Prof. Subandi membuat konsep terapi kesehatan mental dengan berbasis budaya dan spiritual.
“Saya selalu melihat kesehatan mental tidak hanya dari sisi individu, tetapi juga dari konteks masyarakat, budaya, dan spiritualitas. Psikologi Islam dan psikologi budaya juga menjadi bagian dari fokus saya,” jelas Prof. Subandi.
Tiga Inovasi Psikologi oleh Prof. Subandi
Dilansir dari UGM, ada tiga inovasi utama Prof. Subandi yang berhasil mengantarkannya meraih Silver Academic Leader 2024. Dalam inovasi-inovasinya ini, Prof. Subandi lebih menekankan pada pembentukan program secara nyata dan berdampak.
“Kami tidak hanya mengumpulkan data, tetapi juga melakukan action research sehingga penelitian kamu langsung berdampak nyata bagi masyarakat,” tuturnya.
Pertama, program pelatihan kesehatan jiwa di puskesmas. Melalui inovasi ini, Prof. Subandi membuat program pelatihan bagi dokter, perawat, dan kader mengenai kesehatan jiwa. Mereka diberikan pembekalan dan pelatihan mengenai kesehatan jiwa dan standar melayani pasien yang memiliki gangguan kejiwaan.
Harapannya, para tenaga kesehatan di puskesmas mampu memberikan pelayanan kesehatan jiwa kepada masyarakat. Menariknya, program ini sudah lama berjalan. Prof. Subandi telah melakukan action research ini sejak tahun 2012.
Kedua, pembentukan organisasi Gelimas Jiwo. Inovasi kedua sebenarnya masih berkaitan dengan program pelatihan kesehatan jiwa yang telah digagas.
Gagasan kedua ialah mengembangkan model discharge planning atau proses persiapan pulang pasien, dalam hal ini pasien di rumah sakit jiwa.
Para pasien yang telah menyelesaikan terapi di rumah sakit jiwa, dikonsep agar dapat diterima dan ditangani tahap lanjutan oleh puskesmas setempat. Tujuannya tentu agar puskesmas pemantauan serta memberikan layanan pemulihan kepada para pasien. Dalam proyek ini, Prof. Subandi melibatkan Puskesmas Kasihan 2 Bantul.
Selain itu, Prof. Subandi juga membentuk organisasi bernama Gelimas Jiwo (Gerakan Peduli Masyarakat Sehat Jiwo). Organisasi ini berfokus pada kegiatan masyarakat terkait gangguan jiwa.
Tujuan utamanya ialah untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya kesehatan jiwa.
Gelimas Jiwo juga memberikan pelayanan kepada orang dengan gangguan jiwa sejak ditemukan sampai pulih secara fungsi maupun sosialnya. Mereka bahkan menargetkan untuk melakukan rehabilitasi bagi ODGJ secara layak dan mencegah penggelandangan orang hingga 100%.
Atas kontribusinya yang begitu besar, Gelimas Jiwo telah meraih penghargaan dari Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Kemenpan-RB) sebagai Top 45 Inovasi Pelayanan Publik Tahun 2021.
Kemudian, inovasi ketiga adalah mengembangkan model layanan kesehatan jiwa berorientasi pemulihan di Kulonprogo. Model ini menekankan proses pemulihan kepada pasien bukan hanya mengandalkan pemberian obat oleh dokter atau terapi dari psikolog, melainkan pilihan untuk pemulihan secara lebih personal.
Dalam program ini, para pasien diberikan kebebasan untuk ikut serta dalam menentukan langkah-langkah pemulihan yang lebih personal dan disesuaikan dengan kebutuhan individu. (int)