Tokoh

KH Anwar Musaddad

Pendiri Dua UIN di Pulau Jawa yang Kembali Diusulkan Jadi Pahlawan Nasional

Pendiri Dua UIN di Pulau Jawa yang Kembali Diusulkan Jadi Pahlawan Nasional
dok pinterest

 

SURABAYA, PustakaJC.co - KH Anwar Musaddad kembali diusulkan menjadi pahlawan nasional oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Proses pengusulan ini dilakukan bekerja sama dengan UIN Sunan Gunung Djati, sebab tokoh tersebut memiliki peran yang sangat besar terhadap hadirnya kampus di tanah Sunda itu.

 

Sebelumnya, Pemprov Jabar melalui Tim Peneliti, Pengkaji Gelar Pusat (TP2GP) telah mengajukan Kyai Haji Anwar Musaddad menjadi pahlawan nasional pada 2020 lalu. Bahkan, rencana pengajuan tokoh ini telah digodok sejak 2015 lalu.

 

Akan tetapi, pengajuan tersebut gagal sehingga Pemprov Jabar akan kembali melakukan usaha yang sama pada tahun ini.

 

“Kami mempelajari apa yang menjadi faktor kegagalan pada tahun 2020. Salah satunya karena kurang didukung sumber sejarah, terutama berkaitan dengan peran Anwar Musaddad. Di tahun ini, kami ingin memenuhi kekurangan itu,” kata Reiza, Ketua TP2GD Jabar, Rabu (8/1/2025), dikutip dari UIN Sunan Gunung Djati.

 

KH Anwar Musaddad merupakan tokoh agama Islam yang berasal dari Garut. Ia lahir pada 3 April 1910 dengan nama asli Dede Masdiad. Namanya, atas kehendak sendiri diubah menjadi Anwar Musaddad setelah ia mondok Pondok Pesantren Cipari, Wanaraja, di usia ke-16.

 

Menurut literatur, KH Anwar Musaddad merupakan keturunan dari dua tokoh terbesar di Jawa Barat. Ayahnya, Abdul Awwal bin Haji Abdul Kadir, adalah keturunan dari Sunan Gunung Djati, sedangkan Ibunya, Marfuah binti Kasriyo, merupakan keturunan Pangeran Diponegoro.

 

Nama KH Anwar Musaddad memang kurang begitu populer di masyarakat. Akan tetapi, sebenarnya ia telah berperan besar di segala aspek, terutama bidang pendidikan.

 

KH Anwar Musaddad adalah salah satu pendiri Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri (PTAIN) di Yogyakarta pada 1953. Bersama KH Abdul Kahar Muzakir – salah satu anggota BPUPKI – pendirian lembaga pendidikan ini dilakukan setelah mendapat titah dari Menteri Agama, KH Fakih Usman.

 

Sebenarnya, kedua tokoh tersebut tidak lantas membangun Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri dari nol. Mereka menggagas Fakultas Agama dari Universitas Islam Indonesia (UII) di Yogyakarta menjadi PTAIN. Gagasan itu lantas diterima dan ditetapkan lewat peraturan pemerintah tanggal 14 Agustus 1950.

 

Kelak, Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri itu menjadi Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga.

 

Melihat kesuksesan pendirian PTAIN Sunan Kalijaga, KH Anwar Musaddad lantas dipercaya untuk merintis IAIN Sunan Gunung Djati Bandung – yang kini menjadi UIN. Ia bahkan menjadi rektor pertamanya hingga tahun 1974.

 

Saat itu, pada tahun 1967, KH Anwar Musaddad masih berada di Yogyakarta. Beberapa tokoh Islam di Jawa Barat lantas mencetuskan gagasan untuk mendirikan Institut Agama Islam Negeri.

 

Para penggagas yang terdiri dari KH A. Muiz Ali, KH R. Sudjai, Abdul Rauf Thayibani (Arhata), dan beberapa tokoh lainnya secara serius menyampaikan maksud ini kepada Gubernur Jawa Barat. Inisiatif tersebut mendapat dukungan penuh dari Gubernur Jawa Barat saat itu, Mashudi.

 

Dukungan tersebut direalisasikan lewat pembentukan susunan Panitia Persiapan Pembukaan IAIN yang disampaikan kepada Kemenag.

 

Hasilnya, Menag KH Ahmad Dahlan menyetujui pembentukan panitia tersebut lewat Surat Keputusan No. 128 Tahun 1967 dengan menunjuk KH Anwar Musaddad sebagai rektornya.

 

Oleh karena itu, dalam hal ini, KH Anwar Musaddad cukup berperan dalam proses pembentukan IAIN Sunan Gunung Djati Bandung yang kini menjadi UIN Sunan Gunung Djati. (int)

 

Baca Juga : Bos Orang Tua Group
Bagikan :