YOGYAKARTA, PustakaJC.co- Ahmad Syafi’I Ma’arif atau yang kerap kali di sapa Buya Syafi’I merupakan tokoh pemikir Islam yang dihormati. Menurut Nurlaela dalam tesisnya Pemikiran Ahmad Syafi'i Ma'arif tentang Hubungan Agama dan Negara, istilah "Buya" diberikan kepada Syafi'i Ma'arif karena kealimannya, perannya sebagai pendidik, serta reputasinya sebagai cendekiawan dengan tingkat intelektual yang tinggi.
Penghormatan yang diterima Buya Syafi'i tidak lepas dari perjalanan hidupnya yang sarat dengan dedikasi pada ilmu, pendidikan, dan perjuangan moral, yang menjadikan sosoknya inspiratif sebagai tokoh pemikir Islam di Indonesia.
Kawan GNFI, pasti juga ingin tahu lebih dekat tentang profil Ahmad Syafii Ma'arif, tokoh pemikir Islam yang inspiratif dan berpengaruh di Indonesia. Mari kita simak lebih lanjut terkait latar belakang, pemikiran, kontribusi, dan karya-karyanya.
Latar Belakang Buya Syafi’i
Mawangir menyatakan bahwa, “Ahmad Syafi’i Ma’arif dilahirkan pada 31 Mei 1935 di sebuah desa di Sumpurkudus, Sumatra Barat, sebuah daerah yang sumber penghasilannya dari perdagangan serba kecil dan tani” (Ahmad Syafi'i Ma'arif dan Pemikirannya tentang Pendidikan, 2017). Ia adalah anak bungsu dari empat bersaudara pasangan Ma'rifah Rauf dan Fathiyah, dan sejak kecil menunjukkan semangat belajar yang luar biasa meskipun hidup dalam keterbatasan.
Pendidikan formal Buya Syafi’i dimulai di Madrasah Muallimin Muhammadiyah Yogyakarta, di mana ia selalu meraih peringkat pertama. Perjalanan pendidikannya berlanjut hingga ke Universitas Chicago, Amerika Serikat, di bawah bimbingan Fazlur Rahman, seorang pembaharu Islam yang pemikirannya sangat memengaruhi pemahaman Syafi’i tentang al-Qur’an.
“Di Chicago itulah Syafi’i mulai kuliah di bawah bimbingan Fazlur Rahman, yang banyak memberikan pencerahan, termasuk dalam memahami al-Qur’an,” tulis Mawangir dalam bukunya yang berjudul Ahmad Syafi'i Ma'arif dan Pemikirannya tentang Pendidikan.
Setelah menyelesaikan gelar doktoral pada 1982, Syafi’i kembali ke Indonesia dan terus aktif dalam Muhammadiyah hingga terpilih sebagai Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah pada tahun 1998, mengokohkan perannya sebagai cendekiawan Muslim yang dihormati.
Pemikiran dan Kontribusi Buya Syafi’i
Selain dedikasinya, pemikiran Buya Syafi'i tentang Islam juga sangat berpengaruh. Pemikiran Buya Syafi'i menekankan pentingnya Islam sebagai rahmat bagi semesta alam (rahmatan lil alamin), yang menjadi kekuatan pembawa kedamaian, keadilan dan kesejahteraan bagi semua (dilansir dari Elshinta.com).
Ia menyoroti bahwa Islam harus dipahami sebagai agama yang membawa manfaat bagi seluruh umat manusia, tanpa memandang perbedaan suku, agama atau golongan. Pemikiran ini sejalan dengan konsep Islam moderat yang menekankan toleransi dan keharmonisan.
Disamping pemikirannya, kontribusi Buya Syafi'i bagi masyarakat sangat signifikan. Ia aktif dalam berbagai forum nasional dan internasional untuk mempromosikan perdamaian, toleransi dan dialog antarumat.
Sebagai pembicara di berbagai konferensi dan seminar, Buya Syafi'i menyampaikan pentingnya pendidikan karakter dan moral, serta mengkritik radikalisme dan ekstremisme. Kontribusi ini menunjukkan komitmennya dalam membangun masyarakat yang harmonis dan berkeadilan.
Karya Buya Syafi’i
Selain kontribusinya, karya-karya Buya Syafi'i juga patut dicatat. Karya Ahmad Syafii Ma'arif mencakup berbagai karya tulis yang mendalam dan inspiratif. Islam dalam Bingkai Keindonesiaan merupakan salah satu karyanya yang paling berpengaruh, menawarkan pandangan baru tentang sintesis antara nilai Islam dan kebangsaan Indonesia.
Karya lainnya, seperti otobiografi dan esai tentang pemikiran Islam, menunjukkan dedikasinya dalam mempromosikan toleransi dan keharmonisan beragama. (int)