Kemudian pada 1946, Batik Keris dikelola dengan skala lebih besar di Cemani, Grogol, Sukoharjo oleh Kasoem Tjokrosaputro. Semakin berkembang, perusahaan tekstil berskala nasional itu berubah bentuk menjadi perseroan terbatas (PT) pada 1970. Perusahaan tetap mempertahankan kualitas dan warisan budaya Nusantara.
Dua tahun berselang, batik keris mulai membuka toko di Sarinah, Jakarta. Setelah Kasoem meninggal dunia pada Desember 1976, bisnis batiknya diteruskan oleh Handoko dan Handiman yang merupakan anaknya. Enam bulan sebelum orang tuanya meninggal mereka telah memegang perusahaan tersebut. Batik Keris juga sempat dipimpin oleh Handianto yang meninggal dunia pada 2 Desember 2018.
Diketahui, mendiang Handianto Tjokrosapoetro adalah generasi ketiga pemilik Batik Keris, ia mulai memimpin Batik Keris sejak 1990-an. Di bawah tangan dinginnya, Batik Keris bisa mempekerjakan hingga ribuan karyawan dan ia merupakan sosok dibalik kesuksesan Batik keris.
Kini, perusahaan dipegang oleh istrinya mendiang Handianto. Ibu Lina Handianto Tjokrosaputro sebagai penerus Batik Keris, dirinya dengan anak-anaknya melanjutkan mimpi Handianto, menjadikan Batik Keris sebagai pusat budaya nusantara. Alhasil, banyak UKM yang bisa terbantu, banyak bisnis keluarga yang bisa dikelola dan banyak kehidupan yang bisa ditopang. (int)