Tokoh

Mengenal Dini Harwanty (Bagian 1)

Sosok Pekerja Keras, tak Suka Duduk di Belakang Meja

Sosok Pekerja Keras, tak Suka Duduk di Belakang Meja
Dini Harwanty saat berkunjung ke redaksi pustakajc.co (dok pustakajc)

SURABAYA, pustakaJC.co - Menjadi Senior Manager Bank tak membuat Dini Harwanty berpuas diri. Pekerjaan yang dicita - citakan sejak kecil itu ia raih dengan kerja keras. Hingga sekarang ia tak terbiasa duduk manis dibelakang meja. Turun lapangan dan bertemu nasabah menjadi tantangan yang selalu menarik baginya. 

 

Kisah itu dibagikan Dini, begitu ia disapa di sela kunjungannya bersama tim Bank Mandiri KCP Surabaya Dharmahusada, Kenddy Ayu, ke Redaksi PustakaJC.co, Rabu (11/9/2024) lalu. 

Dini didampingi Kenddy saat penjelasan produk Bank Mandiri Bisnis dan wawancara bersama Intan dan Ririn

 

"Di lapangan banyak pengalaman yang bisa kita dapatkan, seperti kemarin kita ketemu dengan nasabah yang baru berusia tiga puluhan tahun, tapi sudah luar biasa. Kalau berdiskusi Ide idenya banyak yang menarik dan diluar nalar," cerita Dini.

 

Kebiasaan turun lapangan itu sudah ia lakoni sejak lama, bahkan saat ia berkantor di Jakarta. kemacetan kota saban hari tak menyurutkan langkahnya untuk menyapa nasabah. Baginya bertemu dan mengenal nasabah memberinya banyak manfaat.

 

"Dari situ kita jadi mengenal nasabah. Jadi, misalnya nasabah menarik anggarannya dengan nominal besar, kita paham, oh Bapak/Ibu ini. Kalau sudah kenal, ada apa-apa kita komunikasi via WA sudah cukup,"kata dini yang disetujui Kenndy. 

Dini dan Kenddy saat wawancara di redaksi pustakajc.co

 

Kepiawaian dan kegigihannya tak pernah menghianati hasil. Di Jakarta,  karir perbankannya terus naik, hingga di posisi Senior Manager/Barch Manager. Meski begitu, Dini tak pernah menggunakan kuasanya dalam bergaul dengan timnya, nasabah, dan orang-orang di sekitarnya. Tak heran jika banyak yang segan terhadapnya. 

 

Karakter Dini memang tak lepas dari didikan orang tuanya. Dini lahir dari keluarga bankir. Ayahnya bekerja di Bank Sumbawa. Oleh karena itu menjadi pegawai bank adalah impiannya sejak kecil. 

 

"Ayah saya pegawai bank. Bagi saya saat itu, menjadi seperti ayah adalah sebuah kebanggaan, dan saya buktikan sekarang" jelasnya. 

 

Menamatkan sekolah hingga sekolah menengah atas di Mataram, Dini remaja sangatlah fokus di bidang pembukuan dan administrasi. Kemudian ia melanjutkan studi di Kota Pelajar, Yogyakarta.

 

"Iya, saya kuliah di Yogyakarta. Di STIE YKPN (Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Yayasan Keluarga Pahlawan Nasional). Lepas SMA langsung pisah dengaan orang tua, tak tanggung-tanggung, beda pulau pula,"cerita ibu dua anak ini. 

 

Ayah saya, sambungnya, mengajarkan kepada anak-anaknya selepas SMA, bebas menentukan pilihan dalam melanjutkan studi. Dan itu harus lepas dan keluar dari Sumbawa. 

 

"Bahkan, ketika saya berangkat ke Yogyakarta, saya sendiri. Naik bus pula. Mana busnya mogok. Perjalanan yang seharusnya ditempuh 24jam, karena mogok di Klaten, yang seharusnya sampai Yogya pagi, saya baru sampai sore, Maghrib. Saat itu belum ada telepon genggam, jadi ya pasrah. Begitu sampai baru bisa berkabar, "kenang Dini. 

 

Berada sendirian di Kota Pelajar, jauh dari orang tua dan keluarga membuat Dini remaja lebih teruji kemandiriannya. Di beberapa liburan semester, Dini mengaku jika ia jarang pulang. Bukan karena tidak ada biaya, namun Dini memanfaatkaan waktu libur antar semester itu untuk mengikuti semester pendek di kampusnya. Itu merupakan ikhtiar untuk cita-citanya menjadi pegawai bank seperti sang Ayah. 

Dini Harwanty di salah satu sudut Bank Mandiri Surabaya KCP Dharmmahusada (Foto koleksi pribadi Dini) 

 

Anak kedua dari tiga bersaudara ini melanjutkan di sela-sela waktu dalam semester pendek, ia terkadang ikut mudik ke kampung halaman teman kampusnya ataupun teman kost nya. Selain itu, Dini bersama temannya juga melakukan wisata kuliner. 

 

"Kost Saya di Seturan. Lima menit dari kampus. Jadi ya strategis mau kemana-mana. Banyak warung penjaja makanan yang saat itu harganya masuklah ya di kantong mahasiswa, "ungkapnya disertai tawa renyah khas Dini Harwanty. 

 

Ada cerita juga soal rumah kost, sambungnya. Wisma Anggrek Seturan, itulah rumah kost yang ditempati Dini ketika menimba ilmu di Kota Gudeg. Rumah dua lantai dengan tiga puluh kamar kost ini menjadi saksi bagaimana kehidupan study Dini. Banyak cerita terukir di Wisma Anggrek dan cerita itu menjadi kenangan tersendiri bagi Dini. 

 

Banyak cerita di kostan dulu. Kenangnya. Yang paling terlihat adalah perbedaan karakter antara penghuni lantai satu dan dua. Anak-anak di lantai satu cenderung pendiam, anak rumahan, gak rame tapi lagu wajibnya dangdut. Kalau lantai dua, anak-anaknya rame, suka teriak-teriak, nyanyi-nyanyi, suka main tapi musiknya beragam, kecuali dangdut. 

 

"Dan saya adalah penghuni lantai dua,"katanya.

 

Tahun 2022, Dini menyelesaikan studynya di STIE YKPN Yogyakarta. Ia kemudian memutuskan kembali ke Mataram. Berlabel fresh graduate dengan mengantongi ijazah dari salah satu kampus bergengsi di Kota Pelajar, Dini memulai peruntungannya dengan mendaftar menjadi pegawai bank. Dua tahun terakhir, kecakapan dan kemampuan Dini diuji. Memasuki dunia perbankan ternyata bukan hal yang mudah. Namun, bukan hal yang sulit juga. Setelah melewati berbagai pergolakan, di tahun 2004, Dini resmi menjadi pegawai Bank Mandiri Sumbawa. Sejak saat itulah, kehidupan sebagai bankir bagi seorang Dini Harwanty baru dimulai. (int) 

Dini (tengah baju putih) bersama tim Bank Mandiri Surabaya KCP Dharmahusada

 

Baca Juga : Perpisahan yang Mengubah Segalanya, Ziarah makam Rosulullah, dan Perjuangan NU
Bagikan :