I'rab lafal pertama biasa dibaca mendawai-dawai, sedangkan i'rab lafal kedua biasa dibaca menghentak. Semisal: "Ayy hadza utawi iki-iku fasal - kitabus-shalati yoiku nerangake bab solat!". Hal ini berbeda dengan notasi beliau tatkala membaca i'rab kalimat keterangan yang justru dihentakkan pada awalannya. Itu adalah metode living nahwu-sharaf yang diperkenalkan Kiai Basyir saat mengajarkan kitab kuning.
Banyak santri dari luar pondok Al-Anwar Suburan Mranggen yang antusias mengikuti pengajian beliau. Sebab metode pengajarannya yang unik. Terutama pada saat beliau membuka ngaji kilatan di bulan Ramadhan untuk mengkhatamkan satu kitab.
Santri tidak mudah bosan, walaupun pengajian diagendakan dari pagi hingga sore hari. Dengan metode ini pula santri kilatan yang tertinggal "mencoret" makna per-kata dalam suatu kitab dapat mudah "mengejar" materi yang dibacakan Kiyai Basyir.