Hidup mereka bergantung pada Rasulullah. Mereka tidak membawa bekal materi dunia dan hanya berbekal pakaian yang dikenakannya. Merekalah yang meramaikan jamaah di Masjid Nabawi. Mereka memilih hidup zuhud beribadah siang malam, dan mendalami ilmu agama. Kedekatan mereka dengan Rasulullah saw yang begitu intensif, membuat mereka tidak hanya mendapat bimbingan ruhani, tetapi juga menjadi periwayat hadits terkemuka.
“Hidup mereka hanya untuk ngaji dan ngaji, tidak mikir dunia,” ungkapnya.
Melihat perilaku Ahlussuffah ini, orang-orang munafik sampai mengira bahwa mereka adalah orang-orang kaya yang tidak membutuhkan uang dan materi dunia karena mereka tidak pernah bekerja dan berbelanja di pasar.
Kepasrahan dan keistiqamahan para Ahlussufah ini lanjut Kiai Miftach membuahkan hasil setelah mereka lulus dan terjun ke masyarakat. Seperti Abu Hurairah yang akhirnya menjadi Gubernur di Bahrain dan menjadi orang yang kaya raya. Ahlussuffah lainnya juga sukses dan menjadi orang yang kaya dengan posisi penting.