Karena ditolak, Ki Ageng Selo memilih untuk pergi ke sebuah desa sebelah timur Tawangharjo, Kabupaten Grobogan. Di sana, Ki Ageng Selo hidup sebagai seorang petani dan mendalami ilmu agama juga filsafat.
Ki Ageng Selo yang bekerja sebagai petani tentunya banyak menghabiskan waktunya di sawah. Suatu hari, Ki Ageng Selo sedang bekerja mencangkul sawah. Langit saat itu terlihat sangat mendung dan tidak lama kemudian hujan turun dan petir menyambar.
Petani lain yang melihat cuaca itu memutuskan untuk pulang ke rumah karena takut. Tetapi berbeda dengan Ki Ageng Selo yang tetap melanjutkan pekerjaan. Namun saat sedang mencangkul, tiba-tiba sebuah petir menyambar Ki Ageng Selo.