There mengisahkan betapa ia ingin belajar tentang kanker dan seluk beluknya karena penyakit inilah yang telah mengambil orang-orang yang disayanginya. Kakek, nenek, ayah, ibu, dan bibi nya berpulang karena penyakit kanker.
“Bukan main terkejutnya saya kala itu. Ini penyakit yang saya pelajari sejak S1, penyakit yang telah merengut orang-orang yang saya sayangi, dan ternyata, saya pun didiagnosa kanker,” katanya.
Meskipun There sangatlah paham tentang kanker, ia tetaplah manusia biasa. Di awal dokter menyatakan dirinya mengidap kanker, iapun juga terpuruk. Teman-teman dan saudaranya menyarankan ia untuk segera menempuh jalur medis, yaitu operasi dan kemoterapi, namun hati dan pikiran There menolak. Ia jelas tahu kalau sel kanker dalam dirinya diangkat kemudian dia menjalani kemoterapi untuk mematikan sel kanker itu, bukan hanya sel kanker yang akan mati, tetapi sel-sel lainnya pun ikut mati. Setelah itu, secara perlahan, akan muncul penyakit baru dalam tubuhnya sebagai akibat matinya sel selain sel kanker.
Kondisi ini membuat There seolah kehilangan dunianya. Pikiran-pikiran negatif pun mulai bermunculan di kepalanya. Tak ada lagi gairah dan semangat hidup. Tak ada lagi tawa bahagia menghiasi wajahnya. Yang tersisa adalah senyum getir keputusasaan.