Maka dari itu, Pengasuh Pondok Pesantren Miftachus Sunnah Surabaya tersebut berpesan agar sebagai manusia jangan kalah dari burung. Burung yang lepas tidak pernah menyimpan makanan, tidak pernah menimbun makanan, pagi hari perutnya kosong, sore hari pulang sudah kenyang. Tiap hari seperti itu, sebab pasrahnya kepada Allah.
"Jadi apa pekerjaan kita, proyek kita hari ini lakukan, isi kehidupan itu dengan hari ini. Tetapi mohon maaf, bukan berarti orang yang seperti ini tidak punya rencana, nggak, orang kita pemakmur bumi, khalifatullah fil ardhi. Tetapi di dalam masalah-masalah ketentuan yang di luar kewajiban hari ini, lah itu dipasrahkan kepada Allah," ungkapnya.
Kiai Miftach mengatakan bahwa Allah menjadikan waktu itu lengkap dengan isinya, dan manusia jangan coba-coba merubah sesuatu yang tidak dikehendaki Allah pada waktu.
"Tidak mungkin bisa, semua itu kehendak Allah, isi-isian waktu itu yang mengisi Allah, bukan kita. Kita ini hanya menerima, nyetel-nyetel, nyusun-nyusun, gitu aja. Maksudnya seperti ini, ikhtiar bekerja agar tenang, berpikir tetapi tetap ikhtiar. Jadi kita harus cerdas, karena Ilmu Tasawuf itu ilmu tinggi. Ilmu Tasawuf itu ilmu yang tidak meninggalkan dan tidak bertentangan dengan ikhtiar-ikhtiar duniawiyah," jelas.