Kegemaran terhadap dunia seni rupa sudah ia sadari sejak masa kecil. “Untuk pelajaran di sekolah yang paling menonjol ya seni rupa,” terang warga Kelurahan Ngaglik, Kecamatan Batu itu. Menurut dia, di zaman itu, di Kota Batu belum ramai teori melukis seperti sekarang. Hal itu membuat Djoeari mau tidak mau belajar secara mandiri dalam mengasah bakatnya. Bahkan, saat duduk di bangku SMA ia sudah mengadakan pameran.
Ketika lulus SMA dia mulai memantapkan diri untuk menggeluti seni lukis. Selanjutnya memutuskan kuliah di IKIP Malang (UM) mengambil program studi D2 seni rupa. Ia mengaku juga sempat diremehkan oleh warga sekitar, karena memang di tahun 80 an menjadi seniman bukan suatu pekerjaan yang menjanjikan kala itu.
Ditanya soal lukisannya yang pertama kali, Djoeari mengatakan saat itu melukis untuk wajah temannya dan dibayar dengan sebungkus rokok. “Dimintai tolong menggambar fotonya,” kata pria kelahiran 1963 ini. Dari situ, muncul berbagai orderan lukisan ke dirinya. Di masa kuliah ia juga berhasil menyabet juara satu nasional di perhelatan Porseni.