Tokoh

Ratu Shima

Penguasa Pantura yang Berlakukan Hukum Potong Tangan bagi Pencuri

Penguasa Pantura yang Berlakukan Hukum Potong Tangan bagi Pencuri
Dok pinterest

 

“Kesalahanmu terletak di kakimu, karena itu sudah memadai jika kakimu dipotong,” tegas sang ratu.

 

Para menteri kembali menghalanginya. Akhirnya, Ratu Shima memotong ibu jari kaki sang pangeran. Dengan sikapnya, dia ingin memberi contoh kepada rakyatnya. Raja Ta-Cheh pun takut dan tak berani menyerang negara sang ratu.

 

Terlepas benar atau tidaknya cerita legenda tersebut, Ratu Shima memang sangat dikenal dengan Ketegasannya. Nama Shima kerap diidentikkan dengan istilah simo yang berarti “singa" (Gunawan Sumodiningrat, Membangun Indonesia Emas, 2005:83). Kendati begitu, sang ratu sangat dicintai rakyatnya.

 

Ratu Shima sendiri bukan berasal dari Jawa. Ia lahir pada sekitar tahun 611 M di Sumatra bagian selatan, di dekat daerah yang kini bernama Musi Banyuasin. Ratu Shima, putri seorang pemuka agama Hindu-Syiwa, diboyong ke Jepara setelah menikah dengan pangeran dari Kalingga bernama Kartikeyasinga.

 

Setelah Kartikeyasinga wafat pada 674 M, Ratu Shima melanjutkan peran suaminya sebagai penguasa Kalingga (Catatan-catatan Tercecer Mengenai Kerajaan-kerajaan dan Raja-raja pra Islam di Jawa Barat, 1993:16). Ratu Shima naik takhta karena dua anaknya, yakni Parwati dan Narayana, masih kecil.

Baca Juga : Keseimbangan Karier dan Keluarga, Rahasia Sukses Bankir Muda Juara Frontliner Nasional
Bagikan :