Suatu saat pada 1987, seorang temannya yang merupakan direktur klinik datang ke rumahnya untuk belajar mengaji. Temannya itu baru saja mendapat masalah dari bisnis yang dia jalankan.
Setelah bercengkerama, istri Sulthon, Enny Soetji Indriastuti, menangkap peluang dan mengajak temannya ini mendirikan laboratorium klinik di luar Surabaya.
Istri Sulthon adalah seorang alumnus analis medis. Sejak kecil Enny sudah dikenalkan dengan ilmu jual beli karena keluarganya memiliki warung kelontong.
Atas ide istrinya untuk mendirikan laboratorium klinik, Sulthon pada waktu itu merasa terkejut.