Kiprah Raja Tribuana Tunggadewi amat besar dalam perluasan wilayah Majapahit. Seiring pula dengan sumpah palapa yang diucapkan Gajah Mada, Sang Rani mendorong perluasan wilayah ke Bali, Malaka, Tanjungpura, Dompu, dan daerah lainnya hingga Papua.
Pola penaklukkan demikian tak lepas dari saran Gayatri. Yang mana ketika ayahnya menjadi Raja Singasari, Kertanegara pernah melakukan hal serupa dengan konsep penyatuan Dipantara. Sang Rani melalui Gajah Mada kembali menaklukkan daerah yang pernah dikuasai oleh Singasari.
Penaklukkan daerah dengan pimpinan raja yang turun langsung ke medan laga membawa spirit besar terhadap pasukan. Sang Rani ditemani Gajah Mada mampu membawa kemenangan pada ekspansi wilayah kerajaan. Dia membangun angkatan bersenjata yang mumpuni terutama angkatan laut lengkap dengan kapal-kapal perang besar.
Alhasil, penaklukkan daerah yang memiliki potensi ekonomi dan perdagangan membawa kesejahteraan bagi Majapahit. Kian tahun Majapahit kian membesar. Seiring meluasnya wilayah kekuasaan, kian banyak pula upeti yang dikirim ke Majapahit. Kerajaan menjadi makmur.
Pada 1350, Gayatri Rajapatni meninggal dunia. Kematian ibu suri itu membuat Sang Rani menerima kehilangan besar. Dirinya pun akhirnya menyerahkan tampuk kekuasaan yang dulunya diberi oleh ibunya. Karena dia merasa gelar raja yang didapatkannya merupakan pemberian ibunya, Gayatri. Ketika sang ibu meninggal, dirinya pun merasa tak pantas lagi menjabat raja Majapahit.