Tokoh

KH Ahmad Abdul Hamid Kendal

Atlet, Ulama, dan Penulis Kitab (3) Habis

Atlet, Ulama, dan Penulis Kitab (3) Habis
Dok nu

KH Ahmad Abdul Hamid Kendal adalah ulama multitalenta. Beliau penggemar olahraga. Penyuka sepakbola dan maraton. Kurang lebih dua minggu silam, Bu Nuri Hidayati, cucu KH Ahmad Abdul Hamid, Kendal (1915-1998), mengirimi saya hadiah berbagai kitab karya kakeknya. 

 

Oleh: Intan Permata

 

Salah satu cucu Kiai Ahmad, Bu Nuri Hidayati, yang memberi saya hadiah kitab-kitab di atas, menjelaskan apabila kakeknya merupakan sosok yang mengutamakan detail. 

 

Ketika mengajarkan kitab Fasholatan kepada para santri maupun masyarakat, beliau mempraktikkan gerakannya secara langsung. Bahkan, dalam memperhatikan isi kitab, biasanya Bu Nuri yang masih kecil diminta membacanya, Kiai Ahmad mendengarkannya. 

 

Apabila masih ada istilah yang dianggap terlalu sulit, beliau mencoret dan menggatinya dengan bahasa yang lebih mudah dipahami, agar dalam cetakan selanjutnya bisa lebih dipahami orang awam. Tidak heran jika kitab Fasholatan Jawa, diakui oleh bos PT Karya Thoha Putra, telah lebih dari 50 juta eksemplar sejak awal penerbitannya pada 1953. Rekor best Seller!  Tampaknya Kiai Ahmad mencontoh kreatifitas ayahnya, Syekh Abdul Hamid bin Ahmad al-Qandaly (w. 1348 H./1929 M.), yang juga produktif berkarya. 

 

Di antara kitab tulisan Syekh Hamid diterbitkan oleh Maktabah Haji Amin di Singapura, berjudul al-‘Uqudul Lu’luwiyyah: Terjemah Hadits Arbain Nawawiyyah (1348 H./1929 M). Sedangkan yang diterbitkan di Mesir, oleh Musthafa al-Babi al-Halabi berjudul Jawahirul Asani ‘ala Lujainid Dani, yang menguraikan biografi Syekh Abdul Qadir al-Jailani. Karya ini diterbitkan pada 1344 H/1945 M. 

 

Satu lagi yang unik. Para sahabat Kiai Ahmad sewaktu berguru kepada KH Kholil Harun, Kasingan Rembang (1876-1939), rata-rata menjadi penyusun kitab berbahasa Jawa maupun penerjemah Arab-Jawa yang handal. 

 

Termasuk dua kakak adik Mufassir Jawa, KH Bisri Musthofa (1915-1977), KH Misbah Zainal Musthofa (1916-1994); serta KH Asrori Ahmad Magelang (1923-1994). Kiai Bisri Musthofa dan Kiai Asrori Ahmad bahkan diambil menantu oleh gurunya tersebut. Wallahu A’lam Bisshawab.

 

Rijal Mumazziq Z, Rektor Institut Agama Islam al-Falah Assunniyyah Kencong Jember

Baca Juga : Wanita Paruh Baya Juru Masak Jenderal Soedirman
Bagikan :