Tokoh

Pramodhawardhani

Perempuan dalam Sejarah Borobudur yang Menikah Beda Agama

Perempuan dalam Sejarah Borobudur yang Menikah Beda Agama
dok tirto

 

Mayoritas sejarawan sepakat bahwa putri tersebut adalah Pramodawardhani. Perkawinan Pramodhawardani dengan Rakai Pikatan disebut-sebut sebagai momen bersatunya dua keluarga besar yang sebelumnya berseteru. Penyatuan dua wangsa ini tentu saja berdampak positif terhadap toleransi beragama antara pemeluk Buddha dan Hindu di Jawa kala itu.

 

Agama Buddha masih lebih dominan pada dekade awal abad ke-7. Salah satu buktinya adalah Candi Borobudur. Kompleks candi besar di kawasan yang kini termasuk wilayah Kabupaten Magelang ini dibangun pada era Samaratungga. Namun, yang meresmikan Borobudur adalah putrinya, Pramodhawardani, tahun 824 M. Setelah Pramodhawardani resmi bertakhta sejak 833 M, didampingi Rakai Pikatan, nuansa toleransi beragama semakin terasa.

 

Pramodhawardani mengizinkan sang suami merintis dibangunnya candi-candi Hindu di wilayah kekuasaan kerajaannya. Sebaliknya, Rakai Pikatan pun tak segan-segan membantu pendirian candi-candi umat Buddha (Sukamto, Perjumpaan Antarpemeluk Agama di Nusantara, 2015: 146). Bahkan, ia turut menyumbang pembangunan candi-candhi Buddha tersebut, termasuk di wilayah Plaosan, dekat Prambanan (kini perbatasan antara Yogyakarta dan Kabupaten Klaten).

Baca Juga : Mengenang Pembuka Jalur Pendidikan Indonesia
Bagikan :