Semula Basoeki enggan terbang ke Bangkok lantaran masih banyak pekerjaan tersisa di Singapura. Tapi Manilat dan Surathun setengah memaksa. “Saya dan Manilat adalah keluarga Raja Thailand, Bhumibol Adulyadej,” akhirnya Surathun, dikutip Agus Dermawan dalam bukunya, Basoeki Abdullah: Sang Hanoman Keloyongan, memperkenalkan siapa mereka sebenarnya. Basoeki terperanjat. Jika keluarga Raja yang meminta, mana tega Basoeki menolaknya.
Di Thailand, orang Jawa itu diterima dengan hormat oleh Raja Bhumibol dan Ratu Sirikit. Ratu Sirikit meminta Basoeki melukis dia dan Raja Bhumibol. Bukannya langsung mengiyakan, Basoeki malah jual mahal. Dia meminta diberi izin untuk menggelar pameran tunggal di Bangkok lebih dulu sebelum melukis Raja dan Ratu Thailand. Basoeki tentu tak asal jual mahal. Tapi dia mengajukan alasan yang tak bisa ditolak Ratu Sirikit.
“Agar masyarakat Thailand tahu siapa dan bagaimana kualitas pelukis yang akan menggambar keluarga Kerajaan,” kata Basoeki. Maka jadilah dia berpameran tunggal di Gymnasium of the National Stadium. Demi pameran itu, Basoeki memboyong puluhan lukisan yang dia garap sewaktu tinggal di Indonesia dan Singapura.
Raja Bhumibol dan Ratu Sirikit puas, maka sejak hari itu Basoeki resmi menjadi pelukis Istana Kerajaan Thailand. Segala keperluan Basoeki dipenuhi oleh Raja. Bukan cuma jadi ‘tukang gambar’ Kerajaan, Basoeki yang suka melucu dan biasa hidup bebas juga jadi teman ngobrol dan penghibur bagi Raja Bhumibol. Reputasi makin menjulang sehingga diundang melukis sejumlah kepala negara, dari Presiden Filipina Ferdinand Marcos, Raja Brunei Hasanal Bolkiah, sampai Presiden Soeharto.