Pernikahan orang Jawa dan Belanda ini hanya bertahan enam tahun. Perbedaan budaya di antara keduanya susah didamaikan. Pada 1944, Basoeki kembali menikah dengan seorang gadis Belanda, Maria Michel. Seperti halnya pernikahan dengan Josephine, hubungan Basoeki dan Maya juga tak langgeng, hanya tahan 12 tahun. Tapi hubungan baik Basoeki dan Maya masih terus terjalin bahkan setelah keduanya menikah lagi dengan orang lain.
Kisah Basoeki di Thailand bermula di Singapura. Pada Februari 1958, Basoeki menggelar pameran tunggal di Victoria Memorial Hall, Singapura. Saat itu, putra Raden Abdullah Suriosubroto dari istri keduanya, Ngadisah, ini sudah jadi pelukis potret yang lumayan kondang. Dia dekat dengan Presiden Sukarno. Meski tak resmi jadi pelukis Istana, oleh Bung Karno, Basoeki diangkat sebagai ‘Kerabat Istana Kepresidenan’.
Sejak muda, Basoeki memang tak pernah menetap lama di satu tempat. Bak kumbang di taman, dia hinggap dari satu pohon ke pohon lain. Pada tahun itu, Basoeki lebih banyak tinggal di Singapura. Studionya di Singapura, saat itu masih bagian dari Federasi Malaya, selalu ramai dikunjungi orang-orang yang hendak memesan lukisannya.
Pameran di Victoria Memorial tersebut sukses besar. Banyak pejabat negara dan orang kaya yang datang berkunjung, bahkan ada pula yang terbang dari negeri seberang. Tan Puying Manilat dan saudaranya, Surathun, datang jauh-jauh dari Bangkok, Thailand, hanya untuk menyaksikan pameran Basoeki. Terpikat oleh goresan kuas Basoeki, Manilat mengundangnya untuk melukis keluarganya di Thailand.